Pernahkah terpikir bahwa menjaga lingkungan hanya tugas pemerintah atau sebuah lembaga? Jika ya, saatnya untuk mengubah pandangan itu! Udara bersih, air segar, dan lingkungan yang asri adalah hak semua makhluk hidup, bukan hanya tanggung jawab satu pihak. Tidak perlu gelar khusus atau pekerjaan di bidang lingkungan untuk mulai peduli. Yang Anda butuhkan hanyalah kepedulian dan kemauan untuk bertindak.



Menjadi relawan lingkungan bisa sesederhana mengikuti kampanye sosial, membantu organisasi hijau, menanam pohon, atau ikut galang dana untuk program pelestarian. Ada banyak hal kecil yang akan memberi dampak luar biasa. Di Amerika Serikat saja, hampir 49% orang dewasa pernah menjadi relawan, dengan rata-rata waktu 4,2 jam per minggu, kontribusi yang jika dinilai dengan uang, bernilai lebih dari 200 miliar dolar!


Tiongkok juga tidak mau kalah. Mahasiswa dari Universitas Kehutanan Beijing rutin membantu perlindungan angsa liar, dan kelompok “Sahabat Alam” sering mengadakan acara penanaman pohon di daerah rawan gurun. Bahkan, di banyak negara, pengalaman menjadi relawan lingkungan dijadikan pertimbangan dalam proses perekrutan kerja karena mencerminkan rasa tanggung jawab yang tinggi.


Melestarikan Hutan untuk Kehidupan yang Lebih Baik


Hutan memiliki peran penting yang tidak bisa digantikan dalam ekosistem kita. Selain menghasilkan oksigen yang kita hirup, hutan juga berfungsi menyerap karbon dioksida, mengatur aliran air, mencegah erosi tanah, mengurangi kecepatan angin, serta menyaring udara dari polutan berbahaya. Bahkan, di perkotaan, keberadaan ruang hijau dapat meredakan polusi suara yang mengganggu.


Namun, kenyataannya hutan-hutan di dunia semakin menipis. Jika terus berlanjut, kita akan menghadapi keruntuhan ekosistem global. Di Tiongkok, luas hutan mencapai sekitar 134 juta hektare, menjadikannya negara dengan luas hutan terbesar kelima di dunia. Sayangnya, tingkat tutupan hutan Tiongkok hanya mencapai 14%, jauh lebih rendah daripada rata-rata global yang sebesar 27%.


Mayoritas hutan di Tiongkok masih terbilang muda atau bahkan hasil penanaman buatan. Selain itu, kerusakan akibat pembalakan liar, bencana alam seperti hama dan badai pasir, turut memperburuk keadaan. Untuk itu, mulailah dengan langkah kecil seperti mengurangi penggunaan kertas, menolak sumpit sekali pakai, serta mendukung upaya pelestarian hutan melalui organisasi yang ada.


Stop Membeli Furnitur dari Kayu Langka


Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak orang yang membeli furnitur dari kayu langka sebagai simbol kemewahan. Namun, di balik kemewahan tersebut, ada harga yang sangat tinggi untuk alam. Salah satu contoh adalah kayu rosewood, yang berasal dari hutan hujan tropis dan dihargai sangat mahal. Sebuah set furnitur dari rosewood bisa mencapai harga ratusan juta rupiah!


Meskipun Tiongkok sudah melarang penebangan kayu rosewood di dalam negeri, sebagian besar pasokan kayu ini masih diimpor dari negara lain. Pembalakan di hutan hujan tropis tidak hanya merusak habitat satwa liar, tetapi juga memengaruhi keseimbangan ekosistem global. Dulu, sekitar 10.000 tahun lalu, lebih dari setengah permukaan bumi tertutup oleh hutan, namun kini jumlah itu berkurang lebih dari setengahnya. Setiap tahun, hutan hujan tropis menyusut sebanyak 17 juta hektare.


Hutan tropis adalah paru-paru dunia. Jika kita kehilangan mereka, kita semua akan merasakannya. Jadi, mari mulai dengan menolak furnitur atau produk lain yang terbuat dari kayu langka!


Tolak Sumpit Sekali Pakai: Langkah Kecil untuk Bumi yang Lebih Baik


Sumpit sekali pakai memang terasa praktis dan higienis, namun tahukah Anda bahwa setiap tahunnya, Tiongkok memproduksi sekitar 10 juta kotak sumpit sekali pakai? Setiap pohon berumur 20 tahun hanya mampu menghasilkan sekitar 6.000 hingga 8.000 pasang sumpit, yang berarti kita menghabiskan banyak pohon hanya untuk kebutuhan sekali pakai.


Ironisnya, meskipun Jepang adalah negara pertama yang menciptakan sumpit sekali pakai, mereka justru tidak menggunakan kayu dari hutan mereka sendiri. Sebagai gantinya, mereka mendaur ulang sumpit bekas menjadi kertas. Sebaliknya, Tiongkok, meskipun tutupan hutan kita lebih rendah dibandingkan Jepang, menggunakan lebih banyak kayu untuk produk sekali pakai ini.


Cobalah untuk membawa sumpit sendiri saat makan di luar atau pilih restoran yang menyediakan alat makan ramah lingkungan. Ini adalah langkah kecil yang bisa memberikan dampak besar bagi kelestarian alam.


Hemat Kertas dan Daur Ulang dengan Bijak


Pembuatan kertas sangat bergantung pada kayu, dan proses ini turut menyebabkan polusi yang serius. Pabrik kertas sering membuang limbahnya ke sungai, menyebabkan kerusakan ekosistem perairan. Di sisi lain, produksi kertas juga membutuhkan banyak energi dan air.


Untuk mengurangi dampak ini, mari mulai menghemat kertas dengan cara menggunakan kertas yang masih kosong di sisi belakangnya dan mendaur ulang kertas yang sudah digunakan. Dengan mendaur ulang satu ton kertas bekas, kita bisa menyelamatkan hingga 17 pohon, mengurangi polusi air sebesar 35%, dan menghemat energi lebih dari setengahnya.


Sayangnya, tingkat daur ulang kertas di Tiongkok masih terbilang rendah, padahal kita mengimpor jutaan ton kertas bekas setiap tahunnya. Jadi, mari mulai dengan memilah sampah kertas di rumah dan sekolah, serta membeli produk kertas daur ulang yang lebih ramah lingkungan.


Katakan Tidak pada Pembungkus yang Berlebihan


Sering kali kita mendapati produk yang dibeli dibungkus dengan lapisan kemasan yang sangat banyak, bahkan hingga lima lapis! Pada kenyataannya, setiap orang di Tiongkok menghasilkan sekitar 10 kg sampah kemasan setiap tahunnya. Bayangkan, jika jumlah ini dikalikan dengan jutaan penduduk, total sampah kemasan yang dihasilkan sangat besar.


Proses pembuatan kemasan menghabiskan banyak sumber daya seperti logam, kaca, plastik, dan kertas. Setelah digunakan, hampir seluruh kemasan ini berakhir sebagai sampah yang mencemari lingkungan. Oleh karena itu, mari mulai pilih produk dengan kemasan minimal dan mudah didaur ulang.


Mungkin Anda bertanya, "Apa yang bisa saya lakukan untuk membantu?" Jawabannya sangat sederhana: mulai dengan kebiasaan kecil! Mengurangi penggunaan sumpit sekali pakai, mendaur ulang kertas, dan memilih produk dengan kemasan ramah lingkungan adalah langkah awal yang bisa Anda ambil. Setiap keputusan kecil Anda hari ini, akan berkontribusi pada masa depan bumi yang lebih hijau.