Pernahkah Anda bertanya-tanya, apa yang sebenarnya dirasakan kucing saat ia mendengkur di pangkuan Anda? Atau mengapa gajah tampak seperti sedang berduka ketika kehilangan anggota keluarganya?
Selama bertahun-tahun, banyak yang menganggap hewan hanya bertindak berdasarkan naluri, tanpa perasaan. Namun, penelitian terbaru justru membuka fakta mengejutkan: hewan memiliki dunia emosi yang kompleks.
Temuan-temuan mutakhir dari ilmu saraf, studi perilaku, dan pengamatan lapangan mengungkap bahwa banyak spesies hewan, dari burung hingga gurita memiliki kemampuan merasakan emosi. Fakta ini tidak hanya menghangatkan hati, tetapi juga menjadi terobosan ilmiah yang berpotensi mengubah cara manusia memperlakukan hewan, baik di rumah, di alam liar, maupun di lingkungan buatan seperti kebun binatang atau tempat penangkaran.
Dulu Dianggap Hanya Naluri, Kini Dibuktikan Penuh Emosi
Untuk waktu yang lama, ilmuwan enggan membahas emosi hewan. Mereka takut dianggap memproyeksikan perasaan manusia ke makhluk lain. Namun, hal itu mulai berubah. Kemajuan dalam teknologi pemindaian otak, analisis hormon, dan studi jangka panjang kini memberikan bukti nyata tentang perasaan hewan.
Salah satu pelopor di bidang ini adalah Dr. Jaak Panksepp, yang memperkenalkan konsep "neurosains afektif" ilmu yang mempelajari sistem emosi dasar seperti kesenangan, ketakutan, dan kesedihan pada berbagai spesies mamalia. Pendekatannya membuka pintu bagi para peneliti lain untuk menggali lebih dalam dunia emosi hewan.
Menurut Dr. Marc Bekoff, pakar ekologi dan biologi perilaku, “Kini bukan lagi pertanyaan apakah hewan bisa merasakan emosi, tetapi emosi apa yang mereka rasakan, bagaimana mereka merasakannya, dan mengapa.”
Kebahagiaan: Saat Bermain Bukan Sekadar Hiburan
Salah satu indikator paling jelas bahwa hewan mengalami emosi adalah perilaku bermain. Bukan hanya sebagai hiburan, bermain ternyata mencerminkan kondisi emosional positif.
Misalnya, tikus mengeluarkan suara berfrekuensi tinggi yang diasosiasikan dengan rasa senang saat mereka “digelitik” dalam eksperimen Dr. Panksepp. Burung gagak terlihat meluncur turun dari atap bersalju hanya untuk bersenang-senang, dan burung beo menciptakan permainan yang kompleks bersama kawanannya atau bahkan dengan manusia.
Menurut Dr. Bekoff, “Hewan yang tertekan atau takut tidak akan bermain. Jadi ketika mereka bermain, itu adalah tanda bahwa mereka sedang merasa bahagia.”
Duka: Saat Hewan Kehilangan Sosok Tercinta
Penelitian terbaru juga menunjukkan bahwa hewan bisa merasakan duka. Gajah, misalnya, sering kembali ke lokasi di mana anggota keluarga mereka meninggal, menyentuh tulang-tulang yang tertinggal, dan berdiri diam seolah sedang berkabung.
Mamalia laut seperti paus dan lumba-lumba juga tercatat membawa tubuh anaknya yang telah mati selama berhari-hari. Para peneliti menilai perilaku ini sebagai bentuk kesedihan. Burung tertentu dan primata besar pun menunjukkan tanda-tanda berduka saat kehilangan anggota kelompoknya.
Menurut antropolog Barbara King, “Kesedihan bukan milik manusia semata. Jika diamati dengan cermat, banyak hewan sosial menunjukkan rasa kehilangan yang nyata.”
Empati: Ketika Hewan Bisa Merasakan Perasaan Makhluk Lain
Kemampuan merasakan dan merespons emosi makhluk lain, atau empati, ternyata juga dimiliki oleh berbagai hewan.
Studi menunjukkan bahwa tikus berusaha membebaskan rekannya yang terperangkap, meskipun tidak mendapat imbalan. Beberapa hewan primata terlihat menenangkan sesamanya yang baru saja mengalami konflik melalui pelukan dan perawatan tubuh.
Dr. Frans de Waal, seorang ahli perilaku hewan, menjelaskan bahwa empati adalah bagian dari warisan evolusi banyak spesies sosial.
Cemburu dan Rasa Tidak Adil: Emosi yang Lebih Kompleks
Penelitian juga mengungkap bahwa hewan bisa merasa cemburu atau tidak adil. Dalam eksperimen terkenal, monyet kapusin menolak mentimun ketika melihat temannya mendapat anggur sebagai imbalan yang lebih baik, meskipun mereka melakukan tugas yang sama.
Hewan peliharaan seperti kucing juga menunjukkan perilaku cemburu ketika pemiliknya lebih memperhatikan hewan lain atau objek tertentu. Menurut peneliti Dr. Sarah Brosnan, “Hewan memperhatikan tidak hanya hasil bagi diri mereka sendiri, tetapi juga bagaimana hasil itu dibandingkan dengan yang lain.”
Mengapa Temuan Ini Penting?
Fakta bahwa hewan memiliki emosi mengubah cara manusia seharusnya memperlakukan mereka. Kebutuhan emosional seperti bermain, memiliki teman, dan merasa aman bukanlah kemewahan, itu adalah hak dasar makhluk hidup.
Beberapa negara mulai mengakui hal ini. Tahun 2022, Inggris secara resmi menyatakan bahwa hewan seperti gurita dan lobster tergolong makhluk yang mampu merasakan sakit dan kesenangan.
Dr. Lori Marino, seorang ahli saraf, mengatakan bahwa pengakuan terhadap emosi hewan membawa tanggung jawab besar bagi manusia untuk memperlakukan mereka dengan lebih hormat dan manusiawi.
Lain kali, ketika melihat seekor burung bermain di halaman, seekor kucing tidur dengan damai, atau bahkan seekor tupai merapikan bulunya, ingatlah: ada dunia emosi yang sedang berlangsung.
Semakin banyak yang dipelajari, semakin kuat hubungan yang bisa dibangun antara manusia dan makhluk lain di planet ini. Temuan-temuan ini bukan hanya memperlihatkan bagaimana hewan merasakan, tetapi juga bagaimana perasaan mereka bisa menghubungkan kita lebih dalam dengan dunia kehidupan di sekitar kita.