Tenis selalu menjadi salah satu cabang olahraga yang populer dan menarik perhatian dalam pertemuan olahraga internasional. Namun, tahukah Anda kapan tenis pertama kali diperkenalkan sebagai cabang olahraga di Olimpiade? Sebagai olahraga yang dinikmati oleh jutaan orang di seluruh dunia, tenis memiliki sejarah yang kaya dan kompleks dalam konteks Olimpiade.


Seiring berjalannya waktu, hubungan antara tenis dan Olimpiade telah berkembang, mencerminkan perjalanan olahraga ini dari hobi amatir menjadi kompetisi global yang profesional. Mari kita telusuri sejarah tenis di Olimpiade, dari inklusi awal hingga eksklusi sementara, serta kembalinya tenis dengan penuh kejayaan sebagai acara yang sangat dinantikan oleh para penggemar.


Awal Perjalanan: Tenis di Olimpiade Modern Pertama


Tenis pertama kali debut di Olimpiade modern yang diadakan di Athena pada tahun 1896, tepat ketika olahraga ini mulai populer di Eropa dan Amerika Serikat. Pada saat itu, acara ini diadakan di lapangan rumput terbuka, dan hanya pria yang diizinkan untuk berkompetisi. Dalam edisi pertama ini, acara tunggal dan ganda menarik perhatian atlet dari seluruh dunia, meskipun partisipasinya terutama terbatas pada negara-negara Eropa. Juara tenis Olimpiade pertama adalah John Pius Boland dari Britania Raya, yang berhasil membawa pulang medali emas dalam tunggal putra dan juga memenangkan medali emas dalam ganda putra.


Pada tahun 1900, wanita diizinkan untuk berkompetisi dalam Olimpiade, menjadikan tenis salah satu dari sedikit olahraga saat itu yang memberikan kesempatan bagi pria dan wanita untuk berpartisipasi. Charlotte Cooper dari Britania Raya mencatatkan namanya sebagai juara tenis wanita Olimpiade pertama dan menjadi wanita pertama yang memenangkan acara individu dalam sejarah Olimpiade. Momen ini menandai tonggak penting bagi wanita dalam dunia olahraga.


Tantangan Awal dan Penurunan


Meskipun kesuksesan di awal, tenis di Olimpiade menghadapi sejumlah tantangan pada awal abad ke-20. Salah satu isu utama adalah perpecahan yang semakin meningkat antara amaturisme dan profesionalisme. Komite Olimpiade Internasional (IOC) berusaha untuk mempertahankan status amatur para atlet, sementara tenis, terutama pada awal abad ke-20, mulai melihat munculnya pemain profesional. Ketegangan antara pemain tenis amatir dan profesional menjadi titik perdebatan utama, menyebabkan friksi antara badan pengatur olahraga dan IOC.


Friksi ini mencapai puncaknya ketika tenis dihapus dari program Olimpiade setelah Paris Games 1924. Pada saat itu, tenis dianggap terlalu profesional untuk menjadi bagian dari gerakan Olimpiade yang berlandaskan amaturisme. Selama lebih dari setengah abad, tenis tetap absen dari jadwal Olimpiade, meninggalkan banyak penggemar dan pemain merasa kecewa dengan keputusan ini.


Kembalinya Tenis ke Olimpiade


Usaha untuk mengembalikan tenis ke dalam program Olimpiade dimulai pada tahun 1960-an dan 1970-an, saat garis batas antara olahraga amatur dan profesional mulai kabur. Organisasi tenis dan pemain di seluruh dunia mulai mendesak agar olahraga ini diikutsertakan kembali, dan terobosan signifikan terjadi pada tahun 1980-an. Era Terbuka dalam tenis, yang memungkinkan pemain profesional berkompetisi dalam turnamen besar bersama dengan amatur, membuka jalan bagi tenis untuk kembali ke Olimpiade.


Pada tahun 1984, tenis kembali sebentar sebagai olahraga demonstrasi di Los Angeles Games, menunjukkan potensi olahraga ini untuk diintegrasikan kembali ke dalam program Olimpiade. Empat tahun kemudian, pada tahun 1988, tenis secara resmi kembali ke dalam program Olimpiade di Seoul Games, dengan acara tunggal dan ganda putra serta putri yang termasuk.


Pertandingan tahun 1988 menjadi titik balik, karena pemain tenis profesional terbaik dunia akhirnya diizinkan untuk berkompetisi. Hal ini menyebabkan peningkatan minat global dalam tenis Olimpiade, dengan atlet bintang dari seluruh dunia bersemangat untuk meraih medali emas Olimpiade. Beberapa pemain tenis paling ikonik dalam sejarah tenis, seperti Steffi Graf, Rafael Nadal, dan Serena Williams, telah memenangkan gelar Olimpiade, lebih memantapkan tenis sebagai bagian kunci dari Olimpiade.


Tenis Olimpiade Modern


Sejak kembali pada tahun 1988, tenis telah menjadi bagian tetap dalam Olimpiade. Kompetisi sekarang mencakup tunggal putra dan putri, ganda putra dan putri, serta ganda campuran, yang dihidupkan kembali pada tahun 2012 di London Games. Inklusi ganda campuran telah menambahkan lapisan kegembiraan baru, karena memungkinkan pemain pria dan wanita untuk bertanding bersama.


Turnamen tenis Olimpiade unik karena berlangsung di berbagai permukaan, tergantung pada kota tuan rumah. Misalnya, Olimpiade Rio 2016 dimainkan di lapangan keras, sementara Olimpiade Tokyo 2020 juga diadakan di lapangan keras. Keragaman kondisi bermain ini menambah lapisan ketidakpastian, karena pemain harus beradaptasi dengan permukaan yang berbeda yang mungkin tidak selalu sejalan dengan kekuatan mereka.


Momen Bersejarah dalam Tenis Olimpiade


Sejarah tenis dalam Olimpiade telah menyediakan beberapa momen yang tak terlupakan. Salah satu momen paling terkenal terjadi pada tahun 1988 ketika Steffi Graf dari Jerman memenangkan medali emas dalam tunggal putri. Kemenangan ini membuatnya menjadi satu-satunya pemain yang mencapai "Golden Slam," yaitu memenangkan semua gelar Grand Slam dan medali emas Olimpiade dalam satu tahun yang sama.


Momen historis lainnya terjadi pada Olimpiade Rio 2016 ketika Rafael Nadal dan Marc López dari Spanyol memenangkan medali emas dalam ganda putra. Nadal, yang telah menjadi legenda tenis dengan berbagai gelar Grand Slam, menambahkan medali emas Olimpiade dalam ganda ke dalam daftar prestasinya yang mengesankan.


Di sisi wanita, Serena Williams juga menorehkan namanya dalam sejarah Olimpiade dengan memenangkan empat medali emas tiga dalam ganda bersama adiknya Venus dan satu dalam tunggal. Dominasi saudara Williams dalam tenis Olimpiade telah menjadi salah satu narasi yang menentukan dari era tenis Olimpiade modern.