Film fiksi ilmiah 2019 Ad Astra, disutradarai oleh James Gray.


Bukan hanya sebuah perjalanan melintasi ruang angkasa.


Tetapi sebuah eksplorasi mendalam tentang perjuangan batin umat manusia, hubungan, dan pencarian makna tanpa henti. Dibintangi oleh Brad Pitt sebagai astronot Roy McBride, film ini menggabungkan perjalanan luar angkasa yang memukau secara visual dengan narasi yang sangat emosional, mengingatkan kita bahwa mencapai bintang seringkali membutuhkan menghadapi bagian tergelap dari diri kita sendiri.


Judulnya Ad Astra, yang berarti “menuju bintang-bintang” dalam bahasa Latin, merangkum tema menyeluruh film tersebut: ambisi umat manusia untuk melampaui batas duniawinya. Berlatar belakang masa depan, cerita ini mengikuti Roy McBride dalam sebuah misi ke tempat terjauh di tata surya untuk menemukan ayahnya yang terasing, Clifford McBride.


Clifford, seorang astronot yang dihormati, hilang di dekat Neptunus ketika memimpin misi untuk mencari kehidupan luar angkasa yang cerdas. Kegagalannya yang diduga dan konsekuensi berbahaya dari eksperimennya menjadi awal dari ekspedisi berbahaya Roy.


Perjalanan ini, bagaimanapun, bukan hanya tentang menyelamatkan Bumi atau menemukan ayahnya. Ini adalah perjalanan metaforis ke dalam jiwa Roy, mengeksplorasi tema isolasi, represi emosional, dan pencarian identitas di tengah kekacauan.


Kesulitan di Setiap Sudut


- Kesulitan Luar


Tantangan fisik yang dihadapi Roy sangatlah besar. Dari menavigasi badai meteor hingga menghadapi pertemuan yang tidak bersahabat di bulan, setiap langkah perjalanannya penuh dengan bahaya. Hambatan-hambatan ini mencerminkan sifat eksplorasi ruang angkasa yang tak kenal ampun, di mana kesalahan perhitungan sekecil apa pun dapat menyebabkan bencana.


- Gejolak Batin


Seperti halnya Ad Astra yang bercerita tentang luasnya ruang angkasa, film ini juga merupakan studi tentang kekosongan di dalamnya. Sikap Roy yang tabah menutupi bekas luka emosionalnya-hubungannya yang tegang dengan ayahnya, pernikahannya yang gagal, dan ketidakmampuannya untuk terhubung dengan orang lain. Sepanjang film, ia bergulat dengan masalah-masalah ini, menyadari bahwa obsesinya terhadap warisan ayahnya mencerminkan ambisi Clifford yang merusak.


- Bobot Warisan:


Clifford McBride mewujudkan bahaya ambisi buta. Pengejarannya yang tunggal terhadap kehidupan asing mengisolasinya dari keluarga dan kemanusiaannya. Roy, dalam menghadapi ayahnya, harus memutuskan apakah akan mengikuti jejaknya atau menempuh jalannya sendiri.


Setelah melewati berbagai rintangan yang tak terhitung jumlahnya, Roy akhirnya berhadapan dengan Clifford di dekat Neptunus. Momen penting ini bukan tentang kemenangan fisik, tetapi tentang penutupan emosional. Clifford mengakui kegagalannya menemukan kehidupan di luar bumi dan mengungkapkan keengganannya untuk kembali ke Bumi. Roy, setelah perpisahan yang emosional, melepaskan ayahnya-baik secara harfiah maupun metaforis-memungkinkannya untuk bergerak maju. Perjalanan pulang melambangkan transformasi Roy. Dia belajar untuk menghargai hubungan manusia daripada ambisi kosmik, memilih untuk berhubungan kembali dengan orang yang dicintai dan merangkul ketidaksempurnaan kehidupan di Bumi.


Ad Astra lebih dari sekadar film fiksi ilmiah; film ini adalah sebuah meditasi tentang kondisi manusia. Film ini mengingatkan kita bahwa meskipun bintang-bintang mungkin mengisyaratkan janji-janji penemuan, perjalanan terbesar kita sering kali justru ke dalam diri kita sendiri.


Pesan film ini sangat jelas: untuk mencapai bintang-bintang, kita harus mengatasi rintangan eksternal dan hambatan emosional dalam diri kita sendiri.


Melalui visual yang memukau dan narasi yang introspektif, Ad Astra menyajikan kisah yang menarik tentang kesulitan, rekonsiliasi, dan pertumbuhan pribadi. Film ini menangkap esensi dari perjuangan manusia untuk melampaui keterbatasannya dan mengingatkan kita bahwa, setelah semua tantangan yang ada, bukan hanya bintang yang kita raih, tetapi juga pemahaman yang lebih dalam tentang diri kita sendiri.