Sebuah studi baru yang dilakukan di Massachusetts mengungkapkan hubungan menarik antara konsumsi minuman manis dan peningkatan risiko diabetes tipe 2, khususnya pada anak laki-laki.
Penelitian ini dipresentasikan pada American Heart Association Epidemiology and Prevention│Lifestyle and Cardiometabolic Scientific Sessions 2024 di Chicago, dan dapat menjadi titik balik dalam cara kita memahami dampak diet terhadap kesehatan jangka panjang anak-anak.
Temuan Studi
Studi ini melibatkan hampir 500 anak yang dipantau selama beberapa tahun, dari masa kanak-kanak hingga remaja. Peneliti ingin melihat bagaimana konsumsi minuman manis, jus buah 100%, dan buah segar mempengaruhi penanda risiko diabetes, seperti resistensi insulin, kadar glukosa puasa, dan kadar HbA1c.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki yang mengonsumsi minuman manis secara teratur memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan diabetes tipe 2 dibandingkan dengan anak perempuan. Setiap sajian harian minuman manis (sekitar 8 ons) dikaitkan dengan peningkatan resistensi insulin sebesar 34%, kenaikan 5,6 miligram per desiliter dalam kadar glukosa puasa, dan peningkatan 0,12% dalam kadar HbA1c pada anak laki-laki.
Pengaruh Jus Buah
Menariknya, konsumsi jus buah 100% juga menunjukkan dampak yang signifikan, terutama pada anak laki-laki, yang mengalami peningkatan 0,07% dalam kadar HbA1c per sajian harian. Fenomena ini jauh lebih tidak signifikan pada anak perempuan. Sebaliknya, konsumsi buah segar tidak menunjukkan perubahan yang berarti pada penanda risiko diabetes, baik pada anak laki-laki maupun anak perempuan.
Para peneliti menduga bahwa perbedaan hormonal dan fisiologis antara anak laki-laki dan perempuan mungkin menjelaskan mengapa anak laki-laki lebih rentan terhadap dampak buruk dari konsumsi minuman manis. "Kami terkejut karena tidak menemukan asosiasi yang sama pada anak perempuan," ujar Dr. Soren Harnois-Leblanc, peneliti utama studi ini. "Ini membuka pertanyaan lebih lanjut mengenai bagaimana konsumsi minuman manis memengaruhi anak laki-laki dengan cara yang berbeda."
Metodologi Studi
Penelitian ini menggunakan data dari Project Viva, sebuah studi jangka panjang yang dimulai pada tahun 1999. Peneliti menganalisis catatan diet yang dikumpulkan melalui kuesioner yang diisi oleh orangtua anak-anak saat mereka berusia sekitar 3, 8, dan 13 tahun. Selain itu, para peneliti juga mengukur kadar glukosa darah puasa, insulin, dan HbA1c saat anak-anak tersebut berusia rata-rata 17,4 tahun. Dengan pendekatan ini, peneliti dapat melacak perubahan dari waktu ke waktu dan memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang bagaimana konsumsi minuman manis dapat memengaruhi kesehatan jangka panjang anak-anak.
Implikasi dan Langkah Selanjutnya
Penny M. Kris-Etherton, Ph.D., R.D., FAHA, anggota komite nutrisi American Heart Association, menekankan pentingnya temuan ini. "Studi ini menunjukkan bahwa konsumsi minuman manis, termasuk jus buah, yang mengandung tambahan gula, terkait dengan peningkatan penanda risiko diabetes pada anak laki-laki selama masa remaja," ujar Dr. Kris-Etherton. “Efek-efek ini dapat mulai terlihat pada usia yang sangat muda.”
Penelitian ini mengingatkan kita akan pentingnya memahami faktor-faktor risiko prediabetes dan diabetes tipe 2, yang semakin relevan di tengah tren peningkatan konsumsi minuman manis di kalangan anak-anak. Meski demikian, perlu dicatat bahwa hubungan antara konsumsi minuman manis dan diabetes bukanlah sebab-akibat yang langsung. "Diet dan kesehatan kardiometabolik adalah masalah yang kompleks dengan banyak faktor yang saling berinteraksi," jelas Dr. Harnois-Leblanc. "Studi kami memberikan kontribusi penting, namun kita membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk memahami apakah minuman manis benar-benar menyebabkan diabetes atau apakah ada faktor lain yang berperan."
Peran Orang Tua dan Dokter Anak
Studi ini menegaskan pentingnya bagi dokter anak dan orangtua untuk lebih waspada terhadap konsumsi minuman manis, khususnya pada anak laki-laki. "Ke depan, kami perlu memeriksa bagaimana hubungan ini dapat bervariasi di antara latar belakang ras dan etnis yang berbeda," tambah Dr. Harnois-Leblanc. "Kami juga harus mengeksplorasi apakah temuan ini berlaku di luar populasi di Massachusetts."
Penelitian ini mengingatkan kita bahwa kebiasaan makan yang sehat sejak usia dini sangat penting bagi kesehatan anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan. Meskipun masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memahami dampak jangka panjang dari konsumsi minuman manis, temuan ini menunjukkan bahwa memilih minuman yang lebih sehat dapat menjadi langkah yang sangat penting dalam mencegah diabetes tipe 2. Orangtua, pendidik, dan penyedia layanan kesehatan memiliki peran krusial dalam membantu anak-anak membuat keputusan yang bijaksana tentang pola makan mereka untuk mendukung kesejahteraan mereka secara keseluruhan.