Gelombang dingin yang kuat melanda Tiongkok tengah dan timur tidak lama setelah awal musim dingin.


Sementara itu, Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa 2021 di Glasgow.


Berfokus pada pengurangan emisi seperti karbon dioksida untuk mengatasi pemanasan global.


Memahami Gelombang Dingin dalam Konteks Pemanasan Global


Situasi ini mungkin tampak kontradiktif, menimbulkan pertanyaan seperti mengapa pemanasan global perlu dikendalikan dan apakah musim dingin yang lebih hangat akan lebih nyaman. Apakah gelombang dingin yang kuat merupakan bukti melawan pemanasan global? Nyatanya, gelombang dingin dan pemanasan global ini tidak saling bertentangan.


Pemanasan global mencerminkan tren peningkatan suhu rata-rata global, meskipun tahun-tahun individu mungkin masih mengalami fluktuasi dingin dan hangat, termasuk gelombang dingin yang kuat. Di bawah pemanasan global, peristiwa cuaca ekstrem seperti gelombang panas, kekeringan, banjir, angin topan, dan gelombang dingin menjadi lebih sering dan intens. Peristiwa dingin yang ekstrem tidak jarang terjadi secara global dalam beberapa tahun terakhir.


Pemanasan global terus mendominasi sebagai tren yang berlaku. Menurut Pernyataan Iklim Global Organisasi Meteorologi Dunia tahun 2020, tahun 2020 berada di antara tiga tahun terpanas yang pernah tercatat. Lima tahun dari 2016 hingga 2020 dan dekade dari 2011 hingga 2020 adalah yang terpanas dalam catatan. Sejak 1980-an, setiap dekade berturut-turut menjadi lebih panas dari sebelumnya, berdasarkan data yang berasal dari tahun 1850.


Mengapa peristiwa dingin ekstrem masih terjadi?


Jadi alasan mengapa peristiwa dingin yang ekstrem masih terjadi dan terkadang dengan intensitas yang meningkat di bawah pemanasan global? Hal ini disebabkan oleh pemanasan global yang membuat iklim menjadi lebih tidak stabil, mengintensifkan peristiwa dingin yang ekstrim. Pola sirkulasi atmosfer global telah berubah, dan interaksi antara laut dan atmosfer memengaruhi iklim lokal. Selain itu, pemanasan Arktik merupakan faktor penting. Arktik memanas 2-3 kali lipat dari laju global, menjadikannya wilayah yang paling sensitif terhadap perubahan iklim. Tren pemanasan melemahkan pusaran kutub kutub Utara, menyebabkan udara dingin terbelah dan bergerak ke selatan, secara signifikan menurunkan suhu di daerah yang terkena dampak.


Beberapa orang mungkin berpendapat bahwa upaya santai untuk mengendalikan pemanasan global dapat membuat musim dingin lebih hangat dan tidak terlalu keras. Namun, gagasan ini tidak realistis. Buku Biru Perubahan Iklim Tiongkok (2021) menunjukkan bahwa meskipun peristiwa dingin ekstrem di Tiongkok telah berkurang frekuensinya, intensitasnya tidak melemah. Ini menyoroti sifat ganda dari pemanasan global, yang membawa panas ekstrem dan dingin ekstrem.


Meningkatnya frekuensi kejadian cuaca ekstrem menjadi peringatan akan dampak dan risiko luas yang ditimbulkan oleh perubahan iklim terhadap ekosistem dan masyarakat manusia. Mengatasi tantangan ini membutuhkan tindakan pencegahan dan adaptasi yang diperkuat untuk meminimalkan dampak negatif dari perubahan iklim.


Dalam konteks pemanasan global, masyarakat dan individu sering meremehkan kebutuhan untuk bersiap menghadapi peristiwa dingin yang ekstrem. Peristiwa ini dapat mengganggu kehidupan dan produksi sehari-hari, sehingga membutuhkan perhatian yang signifikan. Upaya harus difokuskan pada peningkatan strategi respons, peningkatan koordinasi darurat, dan mendorong berbagi informasi yang efektif untuk mengurangi dampak buruk. Penelitian lebih lanjut tentang mekanisme di balik peristiwa dingin yang ekstrem, serta peningkatan sistem peringatan dini dan penilaian dampak iklim, sangat penting untuk manajemen risiko bencana yang lebih baik.


Saat ini, tindakan pencegahan terhadap dampak suhu musim dingin yang rendah harus terus dilakukan. Ramalan cuaca memperkirakan peningkatan aktivitas udara dingin pada bulan Januari dan Februari, dengan sebagian besar Tiongkok tengah dan timur kemungkinan akan mengalami suhu yang lebih dingin dari rata-rata dan gelombang dingin ekstrem secara berkala. Otoritas lokal harus tetap waspada, memastikan pasokan energi seperti batu bara, listrik, minyak, dan gas, dan bersiap menghadapi tantangan transportasi selama musim perjalanan musim semi. Upaya pencegahan kebakaran yang ditingkatkan di perkotaan, pedesaan, dan kawasan hutan juga diperlukan selama periode ini.