Semua makhluk hidup di Bumi memiliki kebutuhan dasar untuk bertahan hidup, salah satunya adalah kebutuhan akan oksigen, suhu yang sesuai dengan spesiesnya, dan sinar matahari yang menjadi kunci bagi sebagian besar makhluk hidup.


Ketika makhluk hidup terpisah dari kebutuhan ini, kelangsungan hidup mereka akan terancam. Namun, bagaimana dengan spesies misterius yang mampu bertahan hidup di bawah es Antartika yang terletak 890 meter di bawah permukaan?


Antartika, dengan rata-rata ketinggian 2.350 meter, merupakan benua dengan ketinggian teringgi di dunia. Namun, jika kita menghapus salju yang menutupi permukaannya, rata-rata ketinggiannya hanya sekitar 410 meter. Lapisan es di Antartika mencakup area yang sangat luas, sekitar 12,29 juta kilometer persegi, termasuk pinggiran lapisan es tersebut. Total luas wilayah Antartika, termasuk area es yang terekspos, mencapai 13,92 juta kilometer persegi. Oleh karena itu, Antartika sering disebut sebagai "benua lapisan es."



Area gletser di Antartika menyumbang sekitar sembilan puluh persen dari total area gletser di dunia, menjadikannya gletser terbesar di Bumi. Jika seluruh es di Antartika mencair, permukaan laut dunia bisa naik hingga 50 hingga 60 meter, yang akan mengakibatkan banjir besar di sebagian besar dataran pantai di seluruh dunia. Gletser-gletser ini menyimpan sejumlah besar air tawar, yang menyumbang sekitar tujuh puluh dua persen dari total sumber daya air tawar di dunia. Namun, es ini tidak meleleh sepanjang tahun, sehingga airnya tidak dapat dimanfaatkan oleh manusia.



Bumi terdiri dari tiga lapisan utama: kerak bumi, mantel, dan inti. Mantel dan inti Bumi adalah area yang sangat panas, dipenuhi dengan sumber panas radioaktif yang besar. Dari sinilah muncul fenomena menarik berupa danau subglasial yang tersembunyi di bawah lapisan es Antartika, yang terbentuk oleh sumber panas misterius yang dihasilkan oleh pergerakan internal kerak bumi. Salah satu danau misterius tersebut adalah Danau Snow Eagle, yang terletak di bawah lapisan es di kawasan Antartika Timur. Danau ini memiliki luas sekitar 370 kilometer persegi dan terletak 3,2 kilometer di bawah permukaan es dalam sebuah ngarai yang dalamnya mencapai satu mil.


Danau tersebut diperkirakan mengandung sedimen sungai yang berasal dari 34 juta tahun yang lalu, jauh sebelum terbentuknya lapisan es yang ada saat ini. Para ilmuwan menggunakan teknik pengeboran air panas untuk menyelidiki ekosistem tersembunyi ini, dan mereka menemukan ekosistem yang tenggelam di bawah es yang gelap, berada di sebuah sungai bawah tanah di margin Larsen Land. Penemuan ini membuka pemahaman baru tentang kehidupan yang dapat bertahan di kondisi yang sangat ekstrem.



Selain itu, para ilmuwan juga menemukan sebuah rongga besar yang terletak 500 meter di bawah permukaan es, dan citra satelit mengungkapkan adanya aliran air di empat arah yang berbeda di bawah gletser. Laut Weddell, yang berada di sekitar kawasan tersebut, juga merupakan rumah bagi sekitar enam puluh juta sarang ikan es. Setiap sarang ikan tersebut memiliki jarak sekitar dua puluh lima sentimeter dan mencakup area yang sangat luas, hingga 240 kilometer persegi. Penemuan lain yang menarik adalah penemuan rangka-rangka ikan es yang tersebar di daerah ini, menunjukkan bahwa komunitas ikan es yang sangat besar ini menjadi komponen penting dalam ekosistem lokal, berperan sebagai sumber makanan bagi anjing laut di laut tersebut. Selain itu, ribuan krustasea kecil yang dikenal sebagai Telopoda ditemukan di daerah ini. Telopoda ini bergerak dengan cara melompat naik dan turun.


Sebelumnya, para ilmuwan percaya bahwa tidak ada cukup cahaya di bawah es Antartika untuk mendukung kehidupan plankton. Namun, penemuan mengejutkan menunjukkan bahwa ganggang laut dapat berkembang meskipun hanya menerima satu persen dari cahaya yang ada di permukaan air. Dengan menggunakan alat penyelam bawah laut, para ilmuwan mengukur kandungan klorofil dalam ganggang dan tanaman fotosintetik lainnya yang hidup di kedalaman es laut. Penelitian ini mengungkapkan bahwa terdapat sejumlah besar fitoplankton yang dapat bertahan hidup di kedalaman laut yang gelap.



Pengaruh pemanasan global terhadap Antartika cukup signifikan, salah satunya adalah berkurangnya jumlah es laut. Meski demikian, berkurangnya lapisan es ini justru membuka peluang lebih banyak cahaya masuk ke dasar laut, sehingga meningkatkan kemampuan ekosistem laut untuk berkembang biak dan tumbuh. Hal ini memungkinkan terbentuknya ledakan kehidupan di bawah es, yang dapat mempertahankan kelangsungan hidup organisme tersebut selama jutaan tahun, bahkan puluhan juta tahun.


Antartika terus menjadi sebuah benua yang penuh misteri dan keajaiban, rumah bagi berbagai kehidupan yang mampu beradaptasi dengan kondisi yang ekstrem. Dari danau subglasial yang tersembunyi hingga ekosistem yang tak terduga, Antartika tetap menjadi sumber kekaguman dan penemuan ilmiah yang tak ada habisnya. Menyelami dan memahami lebih dalam mengenai benua beku ini tidak hanya memperluas wawasan kita, tetapi juga mengingatkan kita akan betapa rapuh dan pentingnya ekosistem Bumi secara keseluruhan.


Misteri kehidupan yang terus ditemukan di Antartika membuka wawasan baru tentang betapa kuatnya daya tahan makhluk hidup di dunia ini dan menantang kita untuk terus menggali lebih dalam, menjelajahi batas-batas kehidupan yang masih tersembunyi di dunia yang dingin dan penuh salju ini.