Langit malam yang seharusnya memukau dengan gemerlap bintang, seperti Sirius dan Triangulum Musim Panas, bahkan bulan dan matahari, kini tertutup oleh lapisan cahaya buatan yang tebal.


Sebagaimana yang diungkapkan dalam pepatah Maori, "Kami terinspirasi oleh malam yang terdalam."


Pada pertengahan abad ke-20, mulai muncul kesadaran untuk melindungi keindahan langit malam yang alami, yang menyebar ke seluruh dunia, dari Tucson di Amerika Serikat hingga Ticapo di Selandia Baru. Sekelompok orang yang mencintai langit malam, baik itu astronom, ilmuwan, maupun warga setempat, mulai bergerak untuk melestarikan langit malam yang sepertinya tak memiliki nilai komersial ini. Mereka menyadari bahwa titik-titik bintang ini mencatat ritual, mitos, dan keyakinan budaya dari berbagai kelompok etnis.


Contohnya, suku Aborigin di Australia memandang Galaksi Bima Sakti sebagai burung yang memberi petunjuk kepada keturunan mereka tentang waktu yang tepat untuk berburu dan mengumpulkan makanan. Bintang-bintang di laut bagi orang-orang Selandia Baru menjadi kompas yang membantu mereka menavigasi posisi dan arah di atas gelombang laut yang luas. Inisiatif untuk melindungi langit gelap ini memerlukan penafsiran dan rencana aksi kontemporer yang mampu mengubah perasaan tentang malam dan alam semesta menjadi tindakan sosial yang nyata dan berdampak. Untuk itu, kita bisa belajar dari warisan inisiatif langit gelap internasional yang sudah ada.


Manusia dan seluruh makhluk hidup telah berevolusi mengikuti hukum fisiologis siang dan malam. Namun, sejak perkembangan penerangan listrik pada Revolusi Industri abad ke-19, ditambah dengan kemajuan teknologi pencahayaan LED modern, malam hari di habitat manusia tidak lagi gelap. Dalam 25 tahun terakhir, sumber cahaya buatan berkembang pesat dengan laju pertumbuhan minimal 49%, bahkan hingga 400% di beberapa wilayah. Meskipun pertumbuhan pencahayaan malam yang pesat membawa banyak kenyamanan bagi manusia, pencahayaan buatan di lingkungan modern juga menimbulkan tantangan dan ancaman baru terhadap kesehatan banyak organisme di lingkungan alam dan perkotaan.


Kemunculan Cahaya Buatan pada Malam Hari (Artificial Light At Night, ALAN) di kota-kota besar telah mengganggu siklus cahaya yang selama jutaan tahun menjadi dasar kehidupan berbagai organisme. Cahaya biru dengan panjang gelombang pendek yang berlebihan menghambat sekresi melatonin dalam tubuh manusia. Penerangan yang salah tidak hanya merugikan mata dan boros energi, tetapi juga menimbulkan bahaya. Selain itu, gangguan cahaya ini mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan manusia, merusak habitat spesies, dan mengancam keberagaman hayati karena gangguan pada ritme cahaya yang alami.


Karena dampak negatif ini, pada akhir tahun 2021, Komite Penggunaan Damai Luar Angkasa PBB meminta Kantor Urusan Luar Angkasa PBB dan Asosiasi Astronomi Internasional untuk mengadakan Konferensi Internasional tentang Langit Gelap dan Tenang untuk Sains dan Masyarakat di Spanyol. Konferensi ini, bersama dengan publikasi mereka pada tahun 2020, memberikan bukti ilmiah yang jelas dan rekomendasi strategis konkret mengenai manfaat ekologis dan sosial yang dihasilkan oleh pengurangan sumber cahaya buatan (ALAN). Salah satunya adalah cara-cara yang jelas dan terukur untuk mengatur polusi cahaya serta solusi kerjasama dan tindakan konsultasi politik yang dapat diambil oleh pemerintah untuk melindungi oase langit gelap.


Rekomendasi ini memberikan pedoman yang dapat digunakan untuk mendukung upaya Taiwan dalam mempromosikan langit gelap dan menciptakan lingkungan pencahayaan yang lebih baik. Meskipun banyak literatur ilmiah internasional yang membahas dampak penerangan buatan terhadap penelitian astronomi, ekosistem, dan kesehatan manusia, ilmuwan sosial dan lingkungan semakin menyusun dasar pemikiran bahwa kegelapan merupakan unsur lingkungan yang sangat penting, serta mulai memikirkan kembali penggunaan sumber cahaya buatan.


Melalui pendekatan ini, kita diajak untuk lebih menghargai dan menjaga langit malam yang semakin terancam oleh perkembangan teknologi penerangan modern. Maka dari itu, inisiatif untuk melindungi langit gelap harus menjadi perhatian kita semua. Saatnya kita berpikir lebih bijak tentang penggunaan cahaya buatan, demi kesehatan lingkungan, kelestarian alam, dan kesejahteraan umat manusia di masa depan.