Terumbu karang sering kali dianggap sebagai hewan atau tumbuhan laut yang menakjubkan, padahal kenyataannya karang bukanlah hewan maupun tumbuhan, melainkan sebuah struktur abiotik yang terbentuk dari rangka kapur yang dikeluarkan oleh jutaan polip karang.
Polip karang sendiri adalah hewan laut berbentuk tabung dengan sel-sel berduri yang dapat menempel pada dasar laut atau permukaan batu.
Polip karang memiliki kemampuan untuk mengeluarkan kapur dari dinding tubuh luar mereka, yang lama-kelamaan mengeras dan membentuk rangka eksoskeleton. Ketika polip karang berkumpul, kapur yang mereka keluarkan juga membentuk struktur kerangka karang yang semakin besar. Ketika polip karang generasi lama mati, generasi baru polip karang lahir di atas tubuh mereka yang telah membatu. Proses ini terjadi berulang-ulang dari generasi ke generasi, hingga terumbu karang tersebut berkembang menjadi lebih besar, membentuk terumbu karang atau bahkan pulau karang setelah melalui waktu yang sangat lama.
Menurut karakteristik penampilan, karang dapat dibagi menjadi beberapa jenis, di antaranya karang lunak, karang willow, karang merah, karang batu, karang tanduk, karang hidroid, karang pucat, dan karang pith. Berdasarkan habitat dan karakteristik pertumbuhannya, karang batu dapat dibagi menjadi dua kategori: karang batu pembentuk terumbu dan karang batu non-pembentuk terumbu (atau karang batu laut dalam).
Habitat Ideal untuk Pertumbuhan Karang
Karang pada umumnya tumbuh di perairan dangkal yang hangat. Ini karena polip karang memakan plankton mikroorganisme laut. Untuk mendukung kehidupan polip karang, diperlukan beberapa kondisi khusus, seperti cahaya, salinitas yang moderat, dan suhu air yang tinggi. Oleh karena itu, polip karang hanya dapat berkembang di perairan hangat yang memenuhi semua persyaratan tersebut.
Mekanisme makan polip karang sangat unik. Tentakel dan cabang berbulu pada hidroid akan bergerak naik turun mengikuti arus air laut. Ketika tentakel ini menyentuh makanan seperti zooplankton kecil, tentakel itu akan segera melilit dengan cepat untuk menangkap makanan tersebut, kemudian melengkung ke dalam untuk membawa makanan ke mulut dan menelannya. Selanjutnya, sisa makanan akan dikeluarkan kembali melalui mulut yang sama, karena tubuh karang hanya memiliki dua lapisan germinal dan satu mulut di bagian atas.
Syarat Lingkungan untuk Pertumbuhan Karang
1. Suhu Air
Karang berkembang dengan baik pada suhu air sekitar 20 hingga 30°C. Suhu inilah yang mendukung aktivitas metabolisme dan pertumbuhan karang dengan optimal.
2. Salinitas
Karang pembentuk terumbu lebih suka tumbuh di air laut dengan salinitas sekitar 27 hingga 40. Rentang salinitas terbaik untuk pertumbuhannya adalah antara 34 hingga 36.
3. Kedalaman Air
Secara umum, karang pembentuk terumbu tumbuh baik di kedalaman antara 0 hingga 50 meter, dengan kedalaman terbaik sekitar 20 meter atau lebih dangkal. Kedalaman ini memungkinkan cahaya matahari cukup masuk untuk proses fotosintesis yang dibutuhkan oleh alga simbiotik di dalam tubuh karang.
4. Cahaya
Karang membutuhkan cahaya matahari yang cukup untuk fotosintesis alga kuning (zooxanthellae) yang hidup di dalam tubuhnya. Cahaya tropis yang kuat dengan durasi yang panjang serta tingkat penerangan rata-rata 50% atau lebih sangat bermanfaat untuk perkembangan terumbu karang.
5. Angin dan Gelombang Laut
Keberadaan angin dan gelombang laut yang sesuai dapat mempercepat perkembangan terumbu karang. Umumnya, terumbu karang tumbuh baik di sisi yang terkena angin dan gelombang laut. Bentuk terumbu karang yang melengkung seperti bulan sabit atau berbentuk pelana menghadap ke arah angin dan gelombang. Jika angin dan gelombang tersebut memiliki perubahan musiman, bentuk terumbu karang bisa berubah menjadi dua bulan sabit. Oleh karena itu, bentuk terumbu karang dapat membantu mengidentifikasi arah angin zaman dahulu.
6. Pengaruh Sungai
Ketika air sungai mengalir ke laut, kadar salinitas akan menurun, kandungan sedimen meningkat, dan air menjadi lebih keruh dengan transparansi yang rendah. Hal ini dapat mengakibatkan polip karang tercekik dan mati karena kesulitan dalam mendapatkan oksigen. Oleh karena itu, daerah yang menerima banyak sedimen dari sungai umumnya tidak cocok untuk pengembangan terumbu karang.
Karang adalah ekosistem yang sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan. Untuk itu, menjaga keseimbangan kondisi alam sekitar sangat penting agar terumbu karang dapat terus berkembang dan bertahan. Sebagai salah satu keajaiban alam yang menakjubkan, terumbu karang bukan hanya penting bagi ekosistem laut, tetapi juga bagi kehidupan manusia yang bergantung pada kelestariannya.