Permen dan makanan manis sering kali digunakan sebagai hadiah oleh orang tua, pengasuh, atau bahkan kakek nenek untuk membuat anak tersenyum atau merayakan kemenangan kecil mereka. Tidak jarang kita melihat wajah ceria seorang anak ketika mereka menerima makanan manis, apakah itu sebatang cokelat untuk merayakan toilet training atau sekantong kue untuk membuat mereka tetap sibuk. Namun, apakah benar memberikan makanan manis pada anak itu ide yang baik, atau bisa jadi kebiasaan ini justru merusak kesehatan mereka?
Dalam artikel ini, dokter anak Dr. Edward Gaydos dan Dr. Svetlana Pomeranets menjelaskan mengapa gula menjadi perhatian besar dalam diet anak-anak dan memberikan wawasan berharga bagi orang tua untuk memastikan anak menikmati makanan manis dengan moderasi sambil menjaga keseimbangan yang sehat.
Asupan Gula yang Disarankan untuk Anak
Gula memainkan peran penting dalam banyak pola makan anak-anak, tetapi penting untuk memahami seberapa banyak yang terlalu banyak. Menurut American Heart Association (AHA), anak-anak berusia 2 hingga 18 tahun sebaiknya mengonsumsi tidak lebih dari 25 gram (sekitar 6 sendok teh) gula tambahan per hari. Selain itu, anak di bawah usia 2 tahun sebaiknya menghindari gula sepenuhnya, karena tubuh mereka masih dalam tahap perkembangan.
Masalah dengan konsumsi gula berlebihan adalah dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan, seperti obesitas, tekanan darah tinggi, dan diabetes tipe 2. Kondisi-kondisi ini tidak hanya memengaruhi kesehatan anak secara langsung, tetapi juga meningkatkan risiko penyakit jantung pada masa dewasa. Selain itu, konsumsi gula yang berlebihan dapat menggantikan makanan yang lebih sehat, seperti buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian utuh, yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak.
Memahami Kandungan Gula dalam Makanan
Banyak orang tua mungkin tidak menyadari betapa cepatnya jumlah gula bisa bertambah dalam pola makan anak-anak mereka. Misalnya, satu porsi sereal, satu batang snack buah, atau dua kue bisa mengandung 12 gram (sekitar 2 ½ sendok teh) gula. Jika anak Anda mengonsumsi satu botol minuman olahraga ukuran 20 ons, itu bisa mengandung 30 hingga 35 gram gula—lebih dari batas harian yang disarankan!
Dr. Pomeranets menyarankan orang tua untuk membaca label makanan dengan hati-hati dan memeriksa kandungan gula pada bahan-bahannya. Semua gula tambahan harus tertera dengan jelas pada kemasan, dan penting untuk mencari nama alternatif gula, seperti sirup jagung fruktosa tinggi, dekstrosa, atau konsentrat jus buah.
Apakah Aman Memberikan Makanan Manis pada Anak?
Meskipun tidak disarankan untuk membiarkan anak makan makanan manis setiap hari, sesekali memberikan camilan manis dapat menjadi bagian dari pola makan yang seimbang. Dr. Pomeranets menyarankan agar makanan manis hanya diberikan pada kesempatan khusus dan dalam porsi yang wajar. Alih-alih menjadikan gula sebagai bagian rutin dari pola makan anak, lebih baik fokus pada makanan bergizi dan utuh di setiap waktu makan.
Dr. Gaydos menambahkan bahwa makan haruslah tentang pemenuhan gizi dan kenikmatan, dan waktu makan bersama keluarga bisa menjadi kesempatan untuk berhubungan tanpa gangguan seperti TV atau ponsel. Anak-anak memiliki kemampuan alami untuk mengatur rasa lapar dan pilihan makanan mereka, namun orang dewasa bertanggung jawab untuk membimbing asupan makanan mereka dan membantu mereka mengembangkan kebiasaan sehat sejak usia dini.
Apa yang Terjadi Jika Anak Mengonsumsi Terlalu Banyak Gula?
Konsumsi gula berlebihan dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, dengan obesitas menjadi salah satu hasil yang paling umum. Obesitas meningkatkan risiko diabetes tipe 2, tekanan darah tinggi, dan masalah kesehatan jangka panjang lainnya. Selain itu, meskipun ada banyak spekulasi tentang hubungan antara gula dan hiperaktivitas, bukti ilmiah masih belum pasti. Beberapa penelitian menunjukkan kemungkinan hubungan antara gula dan perubahan suasana hati, tetapi belum ada bukti kuat yang menghubungkan konsumsi gula dengan ADHD.
Terlepas dari apakah Anda melihat perubahan perilaku secara langsung, efek kumulatif dari asupan gula yang tinggi bisa merugikan dalam jangka panjang. Jika anak Anda mengonsumsi terlalu banyak gula, itu bisa meningkatkan risiko mereka mengembangkan obesitas dan kondisi kesehatan lainnya di masa depan.
Cara Mengurangi Asupan Gula
Ada beberapa strategi yang dapat digunakan orang tua untuk mengurangi asupan gula anak mereka tanpa mengorbankan kenikmatan. Misalnya, menawarkan camilan sehat buatan sendiri, seperti buah-buahan atau granola buatan sendiri, dapat membantu membatasi konsumsi gula sambil tetap memberikan anak camilan yang enak. Anda juga bisa menyarankan alternatif selain minuman manis, seperti air atau susu, untuk membantu mengurangi gula yang tidak perlu.
Selain itu, penting untuk berkomunikasi dengan anggota keluarga, terutama kakek nenek, tentang alternatif yang lebih sehat. Dr. Pomeranets menyarankan untuk menawarkan buah kering, campuran kacang, atau buah segar sebagai pengganti es krim, kue, atau sereal manis ketika kerabat ingin memberikan camilan pada anak Anda.
Menjadi Teladan dengan Kebiasaan Sehat
Anak-anak belajar dengan mengamati perilaku orang dewasa di sekitar mereka, jadi penting bagi orang tua untuk memberikan contoh kebiasaan makan yang baik. Dr. Pomeranets menekankan pentingnya menjadikan pilihan makanan sehat sebagai kegiatan keluarga. Ketika anak-anak melihat orang tua mereka secara teratur menikmati buah-buahan, sayuran, dan makanan bergizi lainnya, mereka lebih cenderung meniru kebiasaan tersebut.
Kesimpulan
Meskipun mengurangi asupan gula dalam pola makan anak Anda bisa menjadi tantangan, hal ini sangat penting untuk kesehatan jangka panjang mereka. Membatasi makanan manis dan fokus pada makanan utuh dan bergizi tidak hanya akan mencegah obesitas dan masalah kesehatan lainnya, tetapi juga mengajarkan anak Anda pentingnya makan dengan seimbang. Lagipula, hadiah terbaik yang bisa Anda berikan kepada anak Anda adalah hadiah berupa kesehatan yang baik, yang akan bertahan seumur hidup.