Pada tanggal 15 Juli, sebuah tim penelitian internasional merilis sebuah studi yang diterbitkan di Nature Astronomy yang mengungkapkan bahwa sebuah gua di bawah permukaan Bulan dapat menjadi tempat perlindungan bagi para astronot, melindungi mereka dari radiasi yang intens dan suhu ekstrem.
Gua ini bahkan berpotensi menjadi pangkalan untuk eksplorasi Bulan di masa depan. Penelitian yang dipimpin oleh Universitas Trento di Italia ini mengidentifikasi gua tersebut di wilayah "Laut Ketenteraman" Bulan, sekitar 400 kilometer dari lokasi pendaratan Apollo 11.
Gua ini diperkirakan memiliki kedalaman antara 130 hingga 170 meter, lebar 45 meter, dan panjang 30 hingga 80 meter, serta terhubung dengan sebuah "lubang langit" seperti lubang pit. Data radar hanya mengungkapkan bagian awal gua, yang menunjukkan bahwa panjang sebenarnya dari gua ini bisa jauh lebih besar.
Profesor Lorenzo Bruzzone dari Universitas Trento menjelaskan bahwa gua ini mungkin merupakan sebuah tabung lava raksasa yang terbentuk selama aktivitas vulkanik kuno di Bulan. Ia menggambarkan gua ini sebagai "perlindungan alami dari kondisi keras lingkungan Bulan," yang dapat menjadi tempat tinggal bagi manusia di masa depan. Dalam makalah mereka, para peneliti mencatat penemuan lebih dari 200 lubang "skylight" di permukaan Bulan, yang terbentuk oleh runtuhnya tabung lava. Namun, teknologi sebelumnya tidak dapat mengonfirmasi apakah lubang-lubang ini terhubung dengan gua bawah tanah. Dengan menggunakan teknik pemrosesan sinyal canggih yang dikembangkan dalam beberapa tahun terakhir, tim ini menganalisis data radar yang dikumpulkan pada tahun 2010 oleh NASA's Lunar Reconnaissance Orbiter, yang mengungkapkan bukti bahwa lubang langit di Laut Ketenteraman terhubung dengan sebuah gua. Menggunakan data ini, para peneliti juga membuat model parsial dari gua tersebut.
Penemuan ini diyakini memiliki implikasi signifikan bagi eksplorasi dan pengembangan Bulan di masa depan. Permukaan Bulan sendiri tidak dapat dihuni karena kondisi ekstremnya. Area yang terkena sinar matahari dapat mencapai suhu 127 derajat Celsius, sementara daerah yang ternaungi bisa turun hingga -173 derajat Celsius. Selain itu, sinar kosmik dan radiasi matahari di permukaan Bulan diperkirakan 150 kali lebih kuat dibandingkan di Bumi, dan risiko dampak meteorit yang terus-menerus semakin mempersulit penghuniannya. Sebuah gua seperti ini dapat menawarkan solusi potensial untuk mendirikan pangkalan manusia di Bulan. Selain itu, karena gua-gua ini telah tetap tidak tersentuh oleh kondisi keras permukaan Bulan selama ribuan tahun, batuan dan material di dalam gua ini dapat memberikan wawasan berharga mengenai evolusi Bulan, khususnya aktivitas vulkaniknya.
Sumber dari BBC mengutip astronaut asal Inggris, Helen Sharman, yang menyarankan bahwa manusia mungkin dapat berlindung di gua-gua Bulan semacam ini dalam dua hingga tiga dekade mendatang. Namun, karena kedalaman gua ini, akses mungkin memerlukan teknologi seperti jetpack atau lift.
Penemuan ini membawa harapan baru bagi masa depan eksplorasi luar angkasa, karena meskipun permukaan Bulan sangat tidak ramah, potensi untuk membangun koloni manusia di gua-gua yang aman di bawah permukaan Bulan sangat menarik. Seiring dengan berkembangnya teknologi, gua-gua ini dapat menjadi solusi ideal untuk kebutuhan tempat tinggal para astronot yang berencana untuk menjelajahi Bulan lebih lama, bahkan untuk kehidupan permanen. Sebuah tempat berlindung yang aman dari paparan radiasi dan suhu ekstrem tentu akan sangat berharga, memungkinkan manusia untuk mengeksplorasi lebih jauh lagi planet terdekat kita.
Pentingnya penelitian ini juga terletak pada kemampuannya untuk membuka tabir misteri yang tersembunyi di dalam Bulan. Dengan memanfaatkan data dan teknologi terbaru, tim peneliti ini dapat memberikan pemahaman lebih dalam tentang geologi Bulan, khususnya terkait dengan aktivitas vulkanik yang pernah terjadi di sana. Melalui pemodelan gua ini, diharapkan dapat ditemukan lebih banyak informasi mengenai sejarah Bulan, yang akan sangat berguna tidak hanya bagi eksplorasi masa depan tetapi juga bagi penelitian ilmiah secara keseluruhan.
Jika eksplorasi Bulan semakin berkembang, gua-gua ini mungkin akan menjadi titik awal bagi manusia untuk membangun sebuah habitat yang lebih nyaman di luar Bumi. Para ilmuwan dan insinyur terus mengembangkan teknologi yang memungkinkan kita untuk menjelajahi ruang angkasa dengan lebih efisien dan aman. Maka, dalam beberapa dekade ke depan, kita bisa saja melihat manusia menetap di Bulan, menjadikan gua-gua tersebut sebagai tempat tinggal sementara atau bahkan permanen bagi para penjelajah luar angkasa.
Penemuan ini menambah harapan besar dalam sejarah eksplorasi luar angkasa. Dengan mengatasi tantangan ekstrem yang ada di permukaan Bulan, seperti suhu yang sangat panas atau dingin dan radiasi berbahaya, manusia memiliki kesempatan lebih besar untuk memanfaatkan Bulan sebagai pangkalan yang lebih aman dan berkelanjutan untuk perjalanan ke Mars atau objek lainnya di tata surya kita. Semua ini berawal dari penemuan menakjubkan di Laut Ketenteraman, yang membuka peluang baru bagi eksplorasi luar angkasa yang lebih maju dan lebih aman.
Jadi, siapa sangka, tempat yang awalnya hanya terlihat sebagai dunia tak berpenghuni dan keras ternyata menyimpan potensi besar untuk masa depan umat manusia.