Musim liburan identik dengan berbagai kegiatan yang menyenangkan seperti hadiah, nyanyian Natal, dekorasi musiman, hingga minuman hangat yang menghangatkan tubuh.
Namun, apakah ada yang lebih nikmat dari kebebasan untuk tidur siang setelah menyantap hidangan lezat? Bayangkan Anda baru saja menikmati makan besar bersama keluarga, dan semua orang sepakat untuk beristirahat sejenak tanpa jadwal atau alarm yang mengganggu. Inilah keindahan dari "food coma" atau rasa kantuk yang datang setelah makan besar.
Mengenal "Food Coma" Lebih Dalam
Apakah Anda merasa lelah dan mengantuk setelah makan besar? Jika iya, Anda pasti sudah tidak asing dengan fenomena yang dikenal dengan istilah "food coma." Meskipun terdengar seperti fenomena yang hanya menjadi lelucon setelah makan berat, apakah rasa kantuk yang timbul benar-benar bisa dijelaskan secara ilmiah, atau hanya karena kita malas bergerak setelah kenyang?
Podcast Gastropod yang membahas ilmu makanan dan sejarah mengungkapkan topik menarik ini minggu ini, dengan narasumber Subha Mani, Justine Hervé, dan Nikolay Kukushkin, yang memberikan penjelasan mendalam mengenai fenomena "food coma." Mereka menjelaskan bahwa sensasi kantuk yang timbul setelah makan besar bukan hanya sekadar mitos, melainkan fenomena yang memiliki dasar ilmiah yang kuat.
Apa Itu "Food Coma"?
"Food coma" bukan berarti seseorang masuk dalam kondisi koma seperti yang dimaksud dalam dunia medis. Istilah yang lebih teknis untuk fenomena ini adalah postprandial somnolence, yang mengacu pada rasa kantuk atau lelah setelah makan. Menurut Nikolay Kukushkin, seorang profesor asosiasi di New York University, “Food coma adalah respons perilaku yang terjadi setelah makan, di mana tubuh mengalami penurunan aktivitas dan lebih cenderung beristirahat. Sederhananya, ini adalah fase 'istirahat dan cerna'."
Justine Hervé, seorang profesor ekonomi di Stevens Institute of Technology, menjelaskan lebih lanjut, "Secara sederhana, ini adalah penurunan kewaspadaan yang terjadi dalam waktu satu hingga dua jam setelah makan."
Apakah Ada Bukti Ilmiah Tentang "Food Coma"?
Penelitian yang dilakukan oleh Hervé dan Mani membuktikan bahwa fenomena food coma ini bukan hanya mitos belaka. Penelitian mereka melibatkan lebih dari 4.000 mahasiswa di India, yang mengikuti berbagai tes pada waktu yang berbeda sepanjang hari. Beberapa mahasiswa diuji segera setelah makan, sementara yang lainnya diuji beberapa jam setelahnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa yang melakukan tes dalam satu jam setelah makan menunjukkan performa yang jauh lebih buruk dibandingkan dengan mereka yang diuji setelah beberapa jam. Hervé mencatat dalam podcast Gastropod, "Ujian yang dilakukan pada periode postprandial menurunkan kemampuan kognitif mereka sebesar 5% hingga 9%, tanpa terkecuali pada semua kategori tes." Ini merupakan penurunan signifikan dalam kemampuan seseorang untuk berkonsentrasi.
Namun, peneliti juga mempertimbangkan kemungkinan bahwa mahasiswa tersebut mungkin hanya kurang berusaha karena rasa kantuk setelah makan. Untuk menguji hipotesis ini, mereka memeriksa berapa lama mahasiswa tersebut mengerjakan ujian. Apakah mereka bekerja lebih lambat karena merasa lelah? Ternyata, tidak. Mahasiswa yang makan lebih baru saja menghabiskan waktu yang sama dengan rekan-rekannya yang diuji beberapa jam setelah makan.
Temuan ini menunjukkan bahwa "food coma" bukan sekadar rasa kantuk, tetapi juga dapat memengaruhi kinerja kognitif seseorang. Seperti yang dikatakan oleh Twilley dalam podcast Gastropod, "Subha dan Justine menyatakan bahwa meskipun mahasiswa yang diuji dalam satu jam setelah makan berusaha dengan sepenuh hati, mereka tidak memiliki energi untuk melakukannya dengan baik."
Mengapa Kita Bisa Mengalami "Food Coma"?
Proses pencernaan makanan memerlukan banyak energi dari tubuh, yang pada gilirannya mengarah pada penurunan energi di bagian tubuh lainnya, termasuk otak. Ketika tubuh mencerna makanan, darah lebih banyak dialirkan ke perut dan usus untuk membantu proses tersebut, sementara aliran darah ke otak berkurang. Inilah yang menyebabkan penurunan kewaspadaan dan rasa kantuk yang datang setelah makan.
Makanan dengan kandungan karbohidrat tinggi, seperti nasi atau pasta, cenderung memperburuk fenomena ini, karena dapat meningkatkan produksi hormon insulin yang mengarah pada penurunan kadar gula darah, yang berujung pada rasa lelah.
Bagaimana Menghindari "Food Coma"?
Ada beberapa cara untuk mengurangi efek dari food coma setelah makan besar. Salah satunya adalah dengan makan dalam porsi yang lebih kecil dan lebih sering. Dengan cara ini, tubuh tidak akan merasa kewalahan dalam mencerna makanan dalam jumlah besar sekaligus. Selain itu, menghindari makanan yang terlalu berat atau tinggi gula dapat membantu mempertahankan energi lebih lama.
Berolahraga ringan setelah makan juga dapat membantu menghindari kantuk yang berlebihan. Cobalah untuk berjalan-jalan sebentar setelah makan agar tubuh dapat mencerna dengan lebih efisien.
Jadi, apakah food coma hanya sekadar alasan lucu untuk tidur setelah makan? Ternyata, fenomena ini memiliki dasar ilmiah yang kuat. Bukan hanya sekadar kantuk, tetapi juga penurunan kemampuan kognitif yang dapat memengaruhi performa seseorang setelah makan besar. Jadi, lain kali Anda merasa mengantuk setelah makan, ingatlah bahwa itu adalah respons tubuh yang alami dan mungkin lebih kompleks daripada yang kita kira!