Sebuah tim peneliti internasional berhasil mencapai tonggak ilmiah yang luar biasa dengan melakukan pengeboran inti es hingga kedalaman hampir 2 mil (2,8 kilometer) ke dalam lapisan batuan dasar Antartika, mengungkap es yang berusia setidaknya 1,2 juta tahun.
Penemuan ini, yang diumumkan pada hari Kamis, diperkirakan akan memberikan wawasan tak ternilai mengenai sejarah atmosfer dan iklim Bumi.
Sebuah Jendela Menuju Evolusi Iklim Bumi
Inti es yang sangat tua ini diambil dari Little Dome C, dekat Stasiun Penelitian Concordia di Antartika Timur, sebagai bagian dari inisiatif Beyond EPICA (European Project for Ice Coring in Antarctica). Proyek yang didanai Uni Eropa ini, yang didukung oleh berbagai negara Eropa dan dikoordinasikan oleh Italia, melibatkan pengeboran selama empat tahun pada musim panas dengan suhu rata-rata sekitar minus-35 derajat Celsius (minus-25,6 derajat Fahrenheit).
Inti es ini menawarkan kesempatan unik untuk mempelajari bagaimana gas rumah kaca seperti karbon dioksida, metana, dan gas lainnya memengaruhi siklus iklim selama ribuan tahun. Para ilmuwan berharap data ini akan memperkaya pemahaman tentang pola Zaman Es dan bagaimana perubahan komposisi atmosfer memengaruhi fase pemanasan dan pendinginan planet ini.
"Melalui inti es ini, kita akan memahami perubahan yang terjadi dalam hal gas rumah kaca, bahan kimia, dan debu di atmosfer," ujar Carlo Barbante, seorang glasiolog Italia yang juga menjadi koordinator proyek ini. Barbante, yang memimpin Institut Ilmu Polar Italia, menekankan pentingnya mempelajari kondisi iklim masa lalu untuk memperkaya pemahaman kita mengenai tantangan iklim saat ini.
Konsentrasi Gas Rumah Kaca Sejarah
Analisis inti es dari kampanye EPICA sebelumnya, yang mencatat data hingga 800.000 tahun yang lalu, mengungkapkan bahwa kadar gas rumah kaca selama periode terhangat pada waktu itu tidak pernah melebihi tingkat yang tercatat sejak Revolusi Industri. Saat ini, kadar karbon dioksida di atmosfer Bumi sekitar 50% lebih tinggi daripada konsentrasi tertinggi yang tercatat dalam 800.000 tahun terakhir, ujar Barbante.
Analisis isotop mengonfirmasi usia inti es yang baru dibor ini setidaknya berusia 1,2 juta tahun. Federico Scoto, seorang glasiolog Italia yang terlibat dalam proyek ini, menggambarkan momen ketika mereka mencapai batuan dasar pada awal bulan ini sebagai "momen yang sangat berharga bagi kami."
Signifikansi Global dan Ilmiah
Penemuan ini telah dirayakan dalam komunitas ilmiah. Richard Alley, seorang ilmuwan iklim dari Universitas Negeri Pennsylvania yang tidak terlibat dalam proyek ini, memuji penemuan ini sebagai “sungguh luar biasa.” Alley, yang baru-baru ini menerima National Medal of Science untuk kontribusinya dalam penelitian lapisan es, menyoroti potensi inti es ini untuk mengungkapkan rincian tidak hanya tentang kondisi iklim masa lalu, tetapi juga sejarah geologi Bumi yang lebih luas.
“Inti es ini akan memungkinkan kita untuk belajar hal-hal yang luar biasa,” kata Alley, menekankan pentingnya kemajuan seperti ini dalam memahami peran umat manusia dalam perubahan iklim modern.
Lebih Dari Es: Janji Batuan Dasar
Pengeboran ke dalam batuan dasar juga menyimpan janji lebih dari sekadar catatan es itu sendiri. Mempelajari material di bawah lapisan es dapat mengungkapkan lebih banyak tentang sejarah tektonik dan lingkungan Bumi, memberikan pandangan yang belum pernah terjadi sebelumnya mengenai kekuatan yang membentuk planet ini selama jutaan tahun.
Saat analisis inti es ini berkembang, komunitas riset sangat antusias menantikan wahyu yang akan diperoleh. Dari penyempurnaan model iklim hingga pemahaman lebih dalam mengenai perubahan cepat yang disebabkan oleh aktivitas manusia, temuan ini dapat memberikan wawasan penting dalam merumuskan strategi untuk menghadapi tantangan iklim saat ini.
Untuk saat ini, Little Dome C berdiri sebagai bukti kebijaksanaan manusia dan pencarian pengetahuan di salah satu lingkungan paling keras di planet ini.