Perilaku untuk selalu menyenangkan orang lain atau dikenal dengan sebutan people-pleasing sering kali berakar dari pengalaman masa kecil, seperti yang diungkapkan oleh terapis Manahil Riaz.


Hal ini bisa terjadi karena seseorang merasa dicintai atau mendapatkan pujian hanya ketika mereka melakukan sesuatu untuk orang lain, atau mungkin mereka melihat pola serupa pada orang dewasa di sekitar mereka. Dinamika keluarga sejak dini sangat mempengaruhi terbentuknya perilaku ini.


Beban Kebahagiaan Orang Lain


Terapis berlisensi Natalie Moore menekankan bagaimana individu dengan kecenderungan people-pleasing sering kali merasa bertanggung jawab atas kebahagiaan orang lain. Mereka lebih mementingkan kesejahteraan orang lain daripada kebutuhan dan perasaan mereka sendiri, yang dapat menimbulkan tantangan besar dalam pertumbuhan pribadi. Seseorang yang selalu berusaha menyenangkan orang lain sering kali mengorbankan keinginan dan batasan pribadinya untuk memastikan orang lain merasa bahagia dan nyaman. Akibatnya, hal ini dapat menciptakan ketidakseimbangan dalam kesehatan mental dan emosional mereka. Perilaku ini berakar dari keinginan yang dalam untuk disukai, diterima, atau dibutuhkan. Namun, seiring berjalannya waktu, perilaku ini dapat menyebabkan kelelahan, rasa kesal, dan perasaan kehilangan identitas.


Tantangan dalam Mengatasi Perilaku People-Pleasing


1. Kebiasaan yang Tertanam


Seperti yang dijelaskan oleh Moore, perilaku people-pleasing sering kali sudah begitu tertanam dalam diri seseorang sehingga tidak mudah untuk dihentikan hanya dengan menolak permintaan bantuan atau undangan sosial. Kebiasaan untuk terus memprioritaskan perasaan dan keinginan orang lain di atas kebutuhan pribadi akan terus berlanjut, menciptakan siklus pengabaian diri yang perlu usaha besar untuk dihentikan. Untuk mengatasi perilaku ini, dibutuhkan kesadaran penuh dan perubahan pola pikir yang terencana agar seseorang bisa memulihkan keseimbangan dalam hidupnya.


2. Pendekatan Terapi


Terapi seringkali menjadi salah satu jalan bagi individu dengan perilaku people-pleasing untuk memahami dan mengatasi masalah yang mereka hadapi. Para terapis membantu klien mengidentifikasi akar penyebab perilaku ini, yang bisa berasal dari pengalaman masa kecil, harapan masyarakat, atau rasa takut akan penolakan. Dengan memahami penyebab yang mendalam, seseorang bisa mulai mengembangkan pola pikir dan pola interaksi yang lebih sehat. Pendekatan terapeutik ini sangat penting untuk membantu individu membangun batasan yang lebih baik dan meningkatkan praktik perawatan diri.


Tantangan dalam Menetapkan Batasan


Meghan Watson, direktur klinis dari Bloom Psychology, menggambarkan bagaimana orang yang cenderung menyenangkan orang lain sering kesulitan dalam menetapkan dan mempertahankan batasan yang jelas. Kesulitan dalam mengatakan "tidak" atau menetapkan batas yang sehat bisa menyebabkan perasaan kewalahan atau bahkan merasa dimanfaatkan dalam berbagai hubungan sosial. Mereka sering merasa terjebak dalam pola hubungan yang tidak seimbang, di mana kebutuhan orang lain selalu menjadi prioritas utama.


Perilaku people-pleasing ini sering kali muncul karena pengaruh berbagai faktor sejak kecil, seperti pola asuh yang mengutamakan kepatuhan atau kebutuhan akan pengakuan. Pola ini terus berlanjut dalam kehidupan dewasa, dan jika tidak ditangani, bisa menjerumuskan seseorang ke dalam perasaan tidak puas dengan diri sendiri, bahkan kelelahan emosional yang berat.


Mengatasi Perilaku People-Pleasing dengan Terapi dan Refleksi Diri


Mengatasi perilaku people-pleasing yang telah tertanam lama dalam diri seseorang tidaklah mudah. Namun, dengan pendekatan terapi yang tepat dan kesadaran diri yang lebih baik, Anda bisa mulai mengubah kebiasaan ini. Langkah pertama adalah mengenali penyebab dan dampak dari perilaku ini, baik itu berasal dari pengalaman masa kecil atau tekanan dari lingkungan sosial. Setelah itu, penting untuk mulai membangun pola pikir yang lebih sehat, termasuk kemampuan untuk mengatakan "tidak" tanpa merasa bersalah, serta mengutamakan perawatan diri.


Terapi kognitif perilaku (CBT) dan teknik mindfulness adalah dua pendekatan yang umum digunakan untuk membantu individu dengan perilaku people-pleasing dalam terapi. Teknik ini dapat membantu seseorang mengenali dan mengubah pola pikir negatif yang mendorong perilaku pengorbanan diri yang berlebihan. Selain itu, refleksi diri secara rutin juga sangat penting dalam proses ini untuk memastikan Anda tetap mengutamakan kesehatan mental dan emosional.


Dengan bekerja sama dengan seorang profesional yang berpengalaman, Anda bisa mulai menata ulang kehidupan Anda, mengatasi kecenderungan untuk selalu menyenangkan orang lain, dan akhirnya menemukan keseimbangan yang lebih sehat antara memberi kepada orang lain dan merawat diri sendiri. Hanya dengan menetapkan batasan yang jelas dan mengutamakan kebutuhan diri, Anda bisa meraih kebahagiaan yang sejati dan membangun hubungan yang lebih sehat dan lebih memuaskan.


Apakah Anda Merasa Kehilangan Diri Sendiri dalam Usaha Menyenangkan Orang Lain? Temukan Solusinya Sekarang!


Jika Anda merasa kelelahan dan kebingungan karena selalu berusaha memenuhi harapan orang lain, saatnya untuk mengambil langkah pertama menuju perubahan. Pelajari bagaimana Anda bisa mengatasi perilaku people-pleasing yang merusak hidup Anda dan temukan kebahagiaan sejati dengan mendahulukan diri sendiri. Terapis siap membantu Anda membuka jalan menuju kehidupan yang lebih seimbang dan penuh makna.