Adaptasi sastra yang telah lama dicintai ke layar lebar atau televisi seringkali memunculkan berbagai reaksi dari para pembaca.


Banyak cerita yang diadaptasi menjadi film atau serial TV mengalami perubahan signifikan yang membuat penggemarnya kecewa.


Hal ini terjadi karena pilihan penulisan yang dipertanyakan, pengarahan yang kurang inspiratif, keterbatasan anggaran, atau pemilihan aktor yang kurang tepat. Namun, ada juga beberapa adaptasi yang berhasil menangkap esensi dari materi asli sambil menawarkan kekuatan sinematik mereka sendiri. Salah satu contoh adaptasi yang cukup menarik meskipun terdapat beberapa perbedaan besar dengan sumber aslinya adalah The Hobbit karya J.R.R. Tolkien. Novel yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1937 ini diubah menjadi trilogi film yang disutradarai oleh Peter Jackson, dan dirilis antara tahun 2012 hingga 2014.


Film-film ini menampilkan Martin Freeman sebagai Bilbo Baggins dan Richard Armitage sebagai Thorin Oakenshield, serta beberapa aktor yang kembali memerankan karakter mereka dari trilogi The Lord of the Rings, seperti Ian McKellen, Cate Blanchett, dan Orlando Bloom. Berikut adalah perbandingan antara sepuluh perbedaan signifikan dalam cerita antara The Hobbit versi novel dan versi film yang tak boleh Anda lewatkan!


1) Peran Azog yang Diperluas


Dalam novel, Azog hanya disebutkan dalam latar belakang, sebagai karakter yang telah tewas dalam pertempuran besar. Namun, dalam film, Azog digambarkan sebagai antagonis yang masih hidup dan mengejar kelompok Thorin sepanjang perjalanan mereka. Perubahan ini menambah ketegangan berkelanjutan dalam cerita dan meningkatkan tingkat bahaya yang dihadapi oleh para protagonis.


2) Identitas Thranduil yang Diperjelas


Dalam novel, penguasa Elven hanya dikenal dengan sebutan "Raja Elf." Film-film ini memberikan nama lengkap untuk karakter tersebut, yaitu Thranduil. Penambahan nama ini menghilangkan kebingungannya dan sejalan dengan karya-karya Tolkien lainnya yang lebih mendalam.


3) Legolas Hadir dalam Film


Legolas tidak muncul dalam novel The Hobbit, namun ia memainkan peran penting dalam film. Kehadirannya memberikan kesinambungan dengan trilogi The Lord of the Rings dan memperkaya adegan aksi yang ada. Meskipun ini adalah perubahan besar dari cerita asli, kemunculan Legolas menambah daya tarik bagi penggemar film.


4) Pengenalan Tauriel


Tauriel adalah karakter baru yang diciptakan khusus untuk film. Ia digambarkan sebagai seorang pejuang dari Kerajaan Hutan yang terlibat dalam subplot romantis dengan Kili, yang tidak ada dalam novel. Meskipun beberapa penggemar merasa karakter ini tidak perlu ada, kehadiran Tauriel memberi warna baru dalam dinamika hubungan antar karakter dan menambah elemen emosional dalam cerita.


5) Dewan Putih dan Sang Necromancer


Dalam buku, Gandalf hanya sekilas menyebutkan bahwa ia harus meninggalkan kelompok untuk urusan penting. Namun, film memperluas subplot ini dengan menunjukkan Dewan Putih yang menghadapi ancaman dari Necromancer yang sedang bangkit. Penambahan subplot ini memberikan kedalaman lebih pada cerita yang lebih luas di dunia Middle-earth.


6) Perjalanan yang Lebih Cepat dalam Film


Novel The Hobbit menggambarkan perjalanan yang berlangsung dalam waktu yang cukup lama, dengan para pelancong tinggal cukup lama di Rivendell dan rumah Beorn. Namun, dalam film, alur cerita dibuat lebih cepat dengan acara yang berlangsung dalam waktu yang lebih singkat. Perubahan ini menambah ketegangan dan membuat film terasa lebih mendesak.


7) Bilbo dan Cincin Misterius


Dalam buku, Bilbo dengan terbuka memberi tahu kelompoknya tentang cincin ajaib yang ditemukan, dan ia menggunakannya berkali-kali untuk membantu dalam perjalanan mereka. Namun, dalam film, ia menyembunyikan keberadaan cincin tersebut, menambah elemen misteri dan memberikan sedikit petunjuk mengenai peran penting cincin tersebut dalam trilogi The Lord of the Rings.


8) Peran Bard yang Lebih Diperluas


Di dalam buku, Bard hanya memiliki peran kecil dan muncul untuk membunuh Smaug. Namun, dalam film, karakter Bard dikembangkan lebih lanjut dengan memberikan latar belakang keluarga dan peran yang lebih besar dalam mempertahankan Laketown. Perubahan ini memberi Bard lebih banyak ruang untuk berkembang, menambah ketegangan dalam cerita.


9) Pertempuran Melawan Smaug


Dalam novel, para kurcaci tidak berusaha melawan Smaug, yang justru meninggalkan Erebor karena sebuah kesalahpahaman. Di sisi lain, film menambahkan adegan pertempuran dramatis di dalam Erebor, yang memperlihatkan konfrontasi langsung dengan naga tersebut. Ini memberi intensitas lebih pada pertempuran yang sebelumnya lebih fokus pada ketegangan antara karakter.


10) Momen Akhir Thorin yang Lebih Dramatis


Adegan pertempuran terakhir Thorin dalam film lebih intens dibandingkan dalam novel. Dalam versi buku, kematiannya terjadi karena luka di medan perang, sedangkan dalam film, terdapat duel dramatis yang meningkatkan dampak emosional dari kematian karakter ini. Tak hanya itu, nasib Fili dan Kili juga ditampilkan lebih menonjol, menambah kedalaman emosional dalam akhir cerita.


Meskipun The Hobbit versi film mengambil banyak kebebasan kreatif yang mengubah kecepatan, alur karakter, dan dinamika konflik dalam cerita asli, perubahan-perubahan ini memberikan sentuhan narasi yang lebih dinamis dan sesuai dengan semangat trilogi The Lord of the Rings. Meskipun perubahan-perubahan ini mungkin tidak memuaskan semua penggemar, mereka menciptakan sebuah cerita yang lebih action-driven dan mendalam, yang melengkapi kisah besar di Middle-earth. Pada akhirnya, baik buku maupun film The Hobbit memberikan pengalaman yang unik dengan kelebihannya masing-masing.