Penggemar Marvel Cinematic Universe (MCU) sudah lama menunggu chapter selanjutnya, berharap film terbaru bisa memberikan napas segar dan kegembiraan baru. Namun, Captain America, Brave New World gagal memenuhi harapan itu, malah mengulang kesalahan yang sama yang pernah dilakukan Marvel di masa lalu.
Disutradarai oleh Julius Onah, film ini terasa seperti mencoba memperkenalkan era baru bagi para Avengers, namun terlalu bergantung pada fondasi nostalgia dari franchise tersebut, alih-alih menciptakan sesuatu yang segar dan menarik.
Narasi Politik dengan Plot yang Familiar
Di balik cerita Brave New World, terdapat narasi politik yang mencoba mencerminkan ketegangan dunia nyata. Presiden Thaddeus "Thunderbolt" Ross yang baru terpilih, diperankan oleh Harrison Ford, menjadi tokoh sentral dalam cerita. Kepemimpinannya berjanji untuk menyatukan Amerika dalam menghadapi ancaman dari luar angkasa, tetapi karakternya justru terasa mirip dengan sosok pemimpin yang terlalu haus kekuasaan dan egois, mencerminkan karakter-karakter politisi yang membelah masyarakat.
Meskipun pendekatan ini terasa relevan dengan kondisi saat ini, film ini gagal memanfaatkan kesempatan untuk menyelami tema tersebut menjadi sesuatu yang lebih bermakna. Alih-alih, Brave New World terjebak dalam bayang-bayang film-film Marvel sebelumnya dan karakter-karakternya, sehingga sulit untuk merasa seperti menonton sebuah film yang berada di masa kini.
Kepahlawanan Sam Wilson yang Kurang Berkesan
Masalah terbesar dalam Brave New World adalah karakter Sam Wilson (Anthony Mackie), yang kini memegang perisai sebagai Captain America. Berbeda dengan Steve Rogers yang memegang perisai dengan tujuan dan keyakinan yang jelas, Sam justru kesulitan untuk membuktikan dirinya layak menyandang gelar tersebut.
Meski memiliki tekad yang kuat, karakter Sam terasa kurang berkembang. Dengan kostum Falcon dari Wakanda yang membantunya bersaing, Sam Wilson tetap tidak memiliki kedalaman karakter yang cukup untuk menjadikannya pahlawan yang benar-benar menarik. Meskipun Mackie sudah berusaha sebaik mungkin, peran yang ia jalani terasa lebih seperti pengganti sementara, bukan pahlawan sejati yang mengisi peran legendaris.
Plot yang Terlalu Mengulang dan Mudah Dilupakan
Ketergantungan Marvel pada cerita-cerita lama kembali menjadi masalah besar dalam Brave New World. Film ini mencoba untuk menghubungkan kisahnya dengan film The Incredible Hulk (2008) dan serial The Falcon and the Winter Soldier yang sering dianggap terlupakan. Kurangnya orisinalitas ini terlihat jelas, karena plotnya sangat dipengaruhi oleh cerita-cerita sebelumnya, tanpa ada usaha nyata untuk menciptakan ide-ide baru.
Bagi penonton yang mungkin tidak ingat dengan detail-detail cerita dari karya-karya lama tersebut, banyak bagian dari film ini terasa asing dan terputus dari alur utama MCU. Karakter-karakter seperti Joaquin Torres (Danny Ramirez) dan Isaiah Bradley (Carl Lumbly) tidak diberikan kedalaman yang cukup untuk benar-benar mempengaruhi cerita besar MCU. Peran mereka terasa dipaksakan, tanpa adanya eksplorasi tentang motivasi atau arti penting mereka.
Aksi yang Kurang Menggugah dan Penjahat yang Tak Terkenal
Aksi menjadi elemen penting dalam setiap film Marvel, namun Brave New World gagal memenuhi ekspektasi tersebut. Adegan pertarungannya terasa kurang menginspirasi, dengan terlalu banyak mengandalkan CGI untuk menciptakan momen klimaks yang kurang memukau.
Penjahat dalam film ini, Samuel Sterns (Tim Blake Nelson), yang dulunya hanya karakter minor, kini mendapat transformasi yang aneh dan kurang menarik, menjadikannya lebih terlihat konyol daripada menakutkan. Perubahannya menjadi sosok penjahat tidak cukup memberikan ketegangan yang membuat penonton peduli pada tindakannya. Kurangnya penjahat yang berkesan menjadi kelemahan besar dalam sebuah film yang seharusnya menyajikan drama dengan ketegangan tinggi.
Perjuangan MCU untuk Tetap Relevan
Kegagalan terbesar dari film ini adalah ketidakmampuan MCU untuk mengembalikan semangat dan kesatuan yang pernah membuat fase-fase awalnya begitu sukses. Dunia telah bergerak maju sejak Endgame, dan Brave New World tidak berhasil membuat kita merasa terlibat dengan fase berikutnya dari jagat MCU. Sebaliknya, film ini terjebak dalam cerita yang bertele-tele dan tanpa arah, yang sulit untuk membuat kita peduli dengan karakter-karakter baru dan misi mereka yang membingungkan.
Jelas bahwa Marvel berusaha untuk menyiapkan landasan untuk cerita-cerita di masa depan, tetapi Brave New World hanya menjadi pengingat bahwa magis yang dulu memikat penonton telah lama memudar. Pada akhirnya, Captain America: Brave New World terasa seperti langkah mundur bagi MCU. Alih-alih memberikan babak baru yang mengasyikkan bagi para Avengers, film ini mengulang ide-ide lama yang membuat penonton sulit untuk tetap bersemangat tentang masa depan franchise ini.
Kurangnya orisinalitas, penampilan yang mengecewakan, dan kesempatan yang terlewat membuat kita bertanya-tanya apakah MCU masih bisa merebut kembali kejayaannya yang dulu. Untuk saat ini, kita hanya disuguhi film yang tidak memberikan alasan kuat untuk menjadi bagian dari kanon Marvel.