Pernahkah Anda bertanya-tanya apa yang terjadi pada tubuh astronot ketika mereka menghabiskan berbulan-bulan di luar angkasa?


Tubuh manusia memang luar biasa, tetapi ketidakadaan gravitasi, radiasi, dan keterbatasan ruang di pesawat luar angkasa memberikan dampak besar. Mari kita selami beberapa perubahan menakjubkan yang terjadi pada tubuh astronot selama misi panjang di luar angkasa.


Rekor Penerbangan Terpanjang - 437 Hari di Luar Angkasa


Rekor dunia untuk penerbangan luar angkasa terpanjang adalah 437 hari! Itu lebih dari setahun di luar angkasa! Namun, bahkan perjalanan yang lebih singkat sekalipun bisa memberikan dampak yang tak terduga pada tubuh. Contohnya, astronot Suni Williams dan Butch Wilmore yang seharusnya berada di luar angkasa hanya selama delapan hari dalam misi ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) pada tahun 2024. Namun, karena kesulitan teknis dengan pesawat mereka, perjalanan mereka diperpanjang menjadi lebih lama dari yang direncanakan. Lalu, apa yang terjadi ketika Anda berada di luar angkasa lebih lama dari yang diharapkan?


Kehilangan Otot dan Tulang


Di luar angkasa, otot dan tulang akan melemah dengan cepat. Tanpa adanya gravitasi yang menarik tubuh, astronot tidak perlu menggunakan otot-otot tertentu, yang menyebabkan atrofi otot. Hanya dalam dua minggu, astronot bisa kehilangan hingga 20% dari massa otot mereka! Dalam beberapa bulan, angka ini bisa mencapai 30%. Tulang juga terpengaruh—astronot bisa kehilangan hingga 2% massa tulang setiap bulan! Untuk melawan efek ini, astronot harus berolahraga selama 2,5 jam setiap hari guna menjaga kekuatan otot dan kepadatan tulang mereka.


Bagaimana dengan Tinggi Badan?


Tahukah Anda bahwa astronot sebenarnya menjadi lebih tinggi saat berada di luar angkasa? Tanpa gravitasi, tulang belakang mereka memanjang, menambah beberapa sentimeter pada tinggi badan mereka. Namun, "pertumbuhan" sementara ini dapat menyebabkan nyeri punggung atau bahkan hernia diskus saat mereka kembali ke Bumi.


Dampak pada Otak


Luar angkasa juga memengaruhi otak. Astronot harus menyesuaikan diri dengan lingkungan nol gravitasi, yang memengaruhi cara mereka bergerak dan bahkan berpikir. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa astronot dapat mengalami penurunan kognitif selama beberapa bulan setelah kembali, karena otak mereka membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri dengan gravitasi Bumi. Selain itu, keseimbangan dan kesadaran spasial mereka juga bisa terpengaruh.


Perubahan pada Penglihatan


Waktu yang dihabiskan di luar angkasa juga bisa memengaruhi penglihatan. Ketidakhadiran gravitasi dapat menyebabkan cairan terkumpul di bagian atas tubuh, yang menyebabkan pembengkakan pada mata. Hal ini dapat mengurangi ketajaman penglihatan dan terkadang mengubah bentuk bola mata. Astronot sering melaporkan penglihatan kabur atau kesulitan fokus setelah misi panjang.


Bakteri Usus di Stasiun Luar Angkasa


Berikut hal yang mungkin tidak Anda duga: perjalanan luar angkasa memengaruhi bakteri di usus kita. Mikroba dalam sistem pencernaan kita bisa berubah akibat perbedaan diet, latihan, dan bahkan paparan radiasi luar angkasa. Astronot sering mengalami masalah pencernaan ketika mereka kembali ke Bumi, saat tubuh mereka beradaptasi kembali dengan gravitasi dan lingkungan Bumi.


Tantangan Perjalanan Luar Angkasa


Perjalanan luar angkasa membawa banyak tantangan bagi tubuh manusia, mulai dari kehilangan otot dan tulang hingga perubahan penglihatan, fungsi otak, dan bahkan mikrobioma. Namun, para ilmuwan terus mempelajari dampak-dampak ini untuk membuat misi luar angkasa jangka panjang, seperti perjalanan ke Mars, menjadi lebih aman dan lebih mudah dikelola bagi para astronot.


Saat kita terus menjelajahi alam semesta, kita akan semakin memahami bagaimana luar angkasa membentuk tubuh dan pikiran kita. Jangan berhenti untuk penasaran, karena setiap penemuan baru membuka wawasan baru tentang tubuh manusia di luar angkasa.