Selama ini banyak orang menganggap kucing sebagai hewan yang penyendiri dan sulit dipahami. Namun, sebuah studi terbaru berhasil membuka mata dunia terhadap sisi lain dari makhluk berbulu ini.
Para peneliti menemukan bahwa kucing memiliki ratusan ekspresi wajah yang ternyata menjadi cara mereka berkomunikasi satu sama lain, bahkan bisa dibilang mereka cukup sosial!
Penelitian ini dilakukan oleh tim ilmuwan yang selama satu tahun mengamati interaksi alami dari komunitas 50 ekor kucing yang tinggal di sebuah kafe kucing di Los Angeles, Amerika Serikat. Hasilnya cukup mengejutkan: para peneliti berhasil mendokumentasikan sebanyak 276 ekspresi wajah berbeda yang digunakan oleh para kucing tersebut dalam berkomunikasi sehari-hari.
Menurut laporan yang dipublikasikan pada 18 Oktober di jurnal Behavioral Processes, ekspresi-ekspresi wajah tersebut mencerminkan berbagai emosi dan situasi, mulai dari suasana bermain, kenyamanan, hingga ekspresi yang menunjukkan ketegangan. Studi ini menjadi salah satu yang pertama menggali lebih dalam tentang bagaimana kucing berkomunikasi melalui ekspresi wajah, di luar suara mengeong atau dengkuran yang selama ini lebih sering diperhatikan.
Salah satu penulis studi ini, Brittany Florkiewicz, seorang asisten profesor psikologi dari Lyon College di Arkansas, mengungkapkan bahwa sebelumnya belum banyak penelitian yang membahas secara rinci tentang komunikasi visual pada kucing. “Penelitian tentang ekspresi wajah kucing masih sangat minim, dan kebanyakan fokusnya pada proses domestikasi kucing selama ribuan tahun terakhir,” ujarnya.
Dalam pengamatannya di kafe kucing tersebut, tim peneliti melihat bagaimana kucing saling berinteraksi tanpa campur tangan manusia. Mereka mencatat bahwa setiap ekspresi wajah biasanya merupakan kombinasi dari sekitar empat gerakan wajah yang berbeda dari total 26 gerakan yang bisa dikenali. Beberapa contohnya meliputi: membuka bibir, membesarkan atau mengecilkan pupil mata, berkedip, menarik sudut mulut, menjilat hidung, serta berbagai posisi telinga yang sangat ekspresif.
Salah satu momen yang paling menarik adalah saat dua anak kucing yang awalnya bermain bersama, tiba-tiba berubah suasana menjadi tegang. Awalnya, ekspresi mereka tampak santai dengan mata terbuka lebar dan telinga menghadap ke depan. Namun kemudian, salah satu kucing mulai menarik telinganya ke belakang, kumisnya menegang, dan langsung menjauh dengan ekspresi waspada. “Perubahan ekspresi itu terjadi begitu cepat, dan sangat mencolok,” kata Florkiewicz.
Setelah menelaah semua rekaman, tim peneliti menyimpulkan bahwa dari seluruh ekspresi yang berhasil dicatat, sebagian besar (sekitar 45%) termasuk ekspresi ramah atau bersahabat. Sementara itu, ekspresi yang mengindikasikan ketegangan atau reaksi defensif berjumlah sekitar 37%, dan sisanya (18%) merupakan ekspresi yang tidak dapat dikategorikan secara pasti karena memiliki unsur campuran.
Menariknya lagi, para peneliti juga menemukan bahwa beberapa ekspresi wajah kucing sangat mirip dengan ekspresi spesies lain, termasuk manusia dan monyet. Salah satu contohnya adalah ekspresi yang dinamakan “wajah bermain umum”, yaitu ketika sudut mulut ditarik ke belakang dan rahang terbuka seolah tersenyum. Ekspresi ini menunjukkan suasana santai dan positif, dan tampaknya muncul secara alami lintas spesies.
Walaupun penelitian ini sudah menunjukkan hasil yang sangat menjanjikan, masih banyak hal yang belum terungkap secara detail. Para peneliti menyatakan bahwa perlu dilakukan studi lanjutan untuk memahami secara lebih dalam arti di balik setiap ekspresi yang digunakan kucing saat berkomunikasi satu sama lain.
Namun satu hal yang pasti: penelitian ini membuktikan bahwa kucing bukanlah makhluk yang dingin dan acuh tak acuh seperti yang sering dianggap. Mereka ternyata memiliki sistem komunikasi visual yang cukup kompleks dan berkembang seiring interaksi mereka dengan sesama maupun dengan manusia.
Florkiewicz berharap bahwa hasil penelitian ini dapat membantu organisasi penyelamatan hewan, penampungan kucing, dan juga pecinta kucing dalam memahami perilaku kucing dengan lebih baik. Bahkan, beberapa perusahaan sudah menyatakan ketertarikannya untuk mengembangkan aplikasi yang bisa digunakan untuk merekam dan menerjemahkan ekspresi wajah kucing.
Dengan temuan ini, kucing bukan lagi sekadar hewan peliharaan lucu yang tidur sepanjang hari. Mereka ternyata adalah komunikator ulung dengan wajah penuh ekspresi yang patut untuk dipahami lebih dalam.