Jika Anda pernah melihat foto badak digantung terbalik di bawah helikopter, mungkin Anda bertanya-tanya, "Kenapa harus seperti itu? Apakah tidak menyakiti mereka?" Ternyata, metode ini bukan hanya aman, tetapi juga terbukti paling efektif dalam upaya pelestarian satwa langka seperti badak.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Robin Radcliffe, seorang peneliti satwa liar berpengalaman, mengungkapkan alasan di balik metode transportasi unik ini. Penelitian ini bahkan mendapatkan Penghargaan Ig Nobel pada tahun 2021, sebuah penghargaan sains yang diberikan untuk penelitian unik namun berdampak nyata bagi dunia.
Kenapa Badak Harus Dipindahkan?
Mungkin Anda berpikir, bukankah lebih baik jika badak dibiarkan hidup di habitat aslinya? Jawabannya: idealnya iya. Namun, kenyataannya, perburuan liar dan perdagangan satwa ilegal membuat banyak badak harus segera dipindahkan ke lokasi yang lebih aman agar bisa terus hidup dan berkembang biak.
Sebagai salah satu spesies yang terancam punah, badak sering kali perlu dipindahkan dengan cepat dan aman ke kawasan konservasi baru menggunakan helikopter. Tapi mengingat ukuran dan berat tubuh badak yang bisa mencapai lebih dari satu ton, proses ini tidaklah sederhana.
Studi Unik: Posisi Terbalik Lebih Aman?
Penelitian yang dilakukan bersama dengan Kementerian Lingkungan Hidup, Kehutanan, dan Pariwisata Namibia (MEFT) ini mencoba membandingkan dua posisi saat memindahkan badak: terbaring menyamping dan digantung terbalik.
Tim peneliti mengangkat 12 ekor badak menggunakan derek sambil memantau respons tubuh mereka. Hasilnya cukup mengejutkan: posisi tergantung terbalik justru memberikan dampak fisiologis yang lebih baik dibandingkan posisi berbaring.
Dalam posisi terbalik, oksigen dalam darah badak lebih tinggi, dengan rata-rata tekanan parsial oksigen arteri mencapai 42 mmHg, lebih tinggi 4 mmHg dibanding posisi menyamping. Selain itu, karbon dioksida dalam darah juga lebih rendah, menunjukkan ventilasi paru-paru yang lebih baik.
Mengapa demikian? Karena ketika digantung terbalik, dada badak tidak tertekan, tulang belakang bisa lebih leluasa memanjang, dan kapasitas paru-paru untuk menarik napas meningkat. Sebaliknya, jika dibiarkan berbaring, bagian bawah paru-paru tertekan akibat berat tubuh mereka sendiri, sehingga pertukaran gas menjadi kurang optimal.
Tidak Sekadar Nyaman, Tapi Menyelamatkan Nyawa
Meskipun terlihat seperti cara yang ekstrem, ternyata metode ini justru mengurangi risiko cedera internal dan mempercepat proses pemindahan. Badak biasanya ditidurkan terlebih dahulu dengan anestesi, lalu matanya ditutup agar tidak stres, dan tubuhnya diikat dengan tali sebelum diangkat ke udara.
Proses ini membutuhkan keahlian tinggi dan koordinasi ketat, namun saat dilakukan dengan benar, hasilnya sangat positif bagi kelangsungan hidup badak. Dalam perjalanan, mereka mungkin akan bergoyang-goyang mengikuti angin, bahkan sesekali bersilangan jalur dengan burung-burung di udara, tapi semua sudah diperhitungkan dengan seksama.
Pelestarian Satwa Butuh Inovasi
Teknik menggantung badak terbalik ini adalah contoh nyata bagaimana ilmu pengetahuan dan teknologi bisa berpadu dalam upaya pelestarian satwa liar. Di tengah maraknya ancaman terhadap satwa langka, solusi kreatif seperti ini menjadi harapan baru.
Meski terlihat tidak biasa, metode ini menyelamatkan banyak nyawa badak. Bahkan, praktik ini kini menjadi standar dalam pemindahan badak di berbagai negara Afrika, termasuk Namibia dan Afrika Selatan.
Penelitian Robin Radcliffe membuktikan bahwa terkadang, cara yang paling aneh justru yang paling efektif. Dalam kasus ini, menggantung badak terbalik bukan hanya aman—tetapi lebih sehat bagi mereka selama proses pemindahan. Di balik pemandangan tak biasa ini, ada kerja keras para peneliti, dokter hewan, dan konservasionis yang terus berjuang melindungi spesies langka dari kepunahan.