Tahukah Anda bahwa Bali memiliki satu perayaan istimewa yang hanya datang setiap 210 hari sekali? Ya, itulah Hari Raya Galungan.


Perayaan ini bukan sekadar rutinitas tahunan, tetapi momen penuh makna yang menggambarkan kedamaian, rasa syukur, dan penghormatan mendalam terhadap kehidupan. Mari telusuri lebih dalam tentang keunikan Hari Raya Galungan dan rangkaian persiapannya yang sarat makna!


Kenapa Galungan Datang Setiap 210 Hari?


Galungan tak mengikuti kalender masehi, melainkan menggunakan sistem penanggalan Bali, yaitu Kalender Pawukon. Kalender ini terdiri dari 210 hari dalam satu siklus, sehingga Galungan akan datang kembali setiap 210 hari, tepatnya pada hari Rabu Kliwon wuku Dungulan.


Karena tak mengikuti kalender umum, tanggal Galungan selalu bergeser setiap tahun. Inilah yang membuatnya terasa lebih istimewa. Meski datang dua kali dalam satu tahun masehi, setiap perayaan tetap membawa suasana baru yang berbeda dan menyentuh hati.


Makna Tersembunyi di Balik Galungan


Hari Raya Galungan bukan hanya tentang ritual atau upacara. Di baliknya terdapat pesan mendalam tentang pentingnya menjaga keseimbangan, mempererat ikatan keluarga, serta mengenang dan menghormati mereka yang telah mendahului kita. Suasana desa-desa dan kota di Bali pun berubah menjadi damai dan penuh kehangatan saat Galungan tiba.


Ornamen tradisional seperti penjor, bambu panjang melengkung yang dihias janur dan simbol-simbol budaya, mulai menghiasi jalanan, memberi nuansa sakral yang tak ditemukan di tempat lain.


Inilah 4 Tahapan Penting Menjelang Galungan yang Jarang Diungkap!


Sebelum hari puncak Galungan, ada serangkaian persiapan yang dilakukan oleh masyarakat Bali. Masing-masing hari memiliki nama dan tujuan khusus yang membuat proses menuju Galungan terasa sangat mendalam.


1. Tumpek Pengatag – Wujud Syukur Kepada Alam


Sekitar 25 hari sebelum Galungan, masyarakat Bali memperingati Tumpek Pengatag. Hari ini didedikasikan untuk tanaman dan pepohonan, yang selama ini menjadi sumber kehidupan. Warga akan memberikan persembahan sederhana di kebun dan ladang sebagai bentuk rasa terima kasih kepada alam. Semua bahan yang nantinya akan digunakan untuk upacara Galungan dipersiapkan dari sekarang.


2. Penyekeban – Waktu Menyimpan Buah untuk Persembahan


Tiga hari menjelang Galungan, masyarakat memasuki tahap Penyekeban. Pada hari ini, buah-buahan seperti pisang mulai disimpan agar bisa matang sempurna tepat waktu untuk persembahan saat Galungan. Aktivitas keluarga mulai berfokus di rumah, suasana pun menjadi lebih tenang dan penuh harapan.


3. Penyajaan – Hari Membuat Jajanan Tradisional Khas Bali


Dua hari sebelum Galungan dikenal dengan sebutan Penyajaan. Pada hari ini, keluarga mulai membuat aneka jajan tradisional seperti jaja uli, jaja ketan, dan berbagai kue lainnya. Kue-kue ini nantinya akan menjadi bagian dari sesajen yang akan dihaturkan pada hari Galungan. Dapur rumah pun terasa hidup dengan aroma khas masakan dan semangat kebersamaan.


4. Penampahan – Persiapan Besar Sebelum Galungan


Sehari sebelum Galungan adalah hari Penampahan. Inilah waktu di mana persiapan mencapai puncaknya. Mulai dari menyiapkan sesajen, memasak, merangkai hiasan rumah, hingga menyiapkan pakaian adat. Warga juga mulai memasang penjor di depan rumah, yang menjadi simbol ucapan syukur dan penghormatan.


Hari Galungan: Saat Segalanya Menyatu dalam Kedamaian


Saat hari Galungan tiba, suasana di Bali benar-benar berubah. Pagi-pagi sekali, keluarga sudah berkumpul, berpakaian adat rapi, dan bersama-sama melakukan persembahyangan di rumah maupun pura. Persembahan yang telah disiapkan sejak hari-hari sebelumnya pun mulai dihaturkan dengan penuh ketulusan.


Setelah sembahyang, suasana rumah menjadi hangat. Keluarga saling berkumpul, saling mengunjungi, dan menyampaikan salam serta doa. Ini menjadi saat istimewa untuk mempererat hubungan antarkeluarga, mengenang leluhur, dan menumbuhkan semangat hidup yang baru.


Hari Raya Galungan adalah momen yang mengajak setiap orang untuk sejenak berhenti dari hiruk-pikuk dunia, lalu menengok ke dalam hati. Tradisi ini membawa pesan bahwa ketenangan, keseimbangan, dan hubungan baik antar sesama adalah hal-hal yang harus dirawat terus-menerus.


simak video "mengenal budaya Hari Raya Galungan"

video by " Dwi Retno Jayanti"