Dirancang oleh arsitek terkenal internasional Moshe Safdie, Museum Seni dan Sains adalah museum pertama di dunia yang memadukan seni dan sains.


Seluruh bangunan ini dikelilingi oleh kolam teratai seluas 4.000 meter persegi, tampak seperti bunga teratai yang mekar di tepi air. Ketika Anda melihatnya dari kejauhan, Anda tidak merasa itu istimewa. Tapi begitu Anda mendekat, Anda bisa merasakan besarnya dan keindahan teratai ini.


Setelah museum selesai dibangun, meski tidak membeli tiket masuk ke museum, Anda tetap dapat menikmati keindahan bangunan dari luar. Terdapat jalan setapak dengan pemandangan kolam teratai di sampingnya.


Sangat terlihat konsep Singapore Art Science Museum walau hanya melihat dari desain arsitektur yang luar biasa ini. Maksud dari konsep museum ini berdiri di persimpangan seni, sains, budaya, dan teknologi adalah untuk mendorong inovasi dan menciptakan masa depan.


Sejak dibuka pada Februari 2011, museum ini telah menghadirkan beberapa pameran penting khususnya di bidang seni rupa. Museum ini menampilkan karya-karya ternama dari seniman dunia seperti Leonardo da Vinci, Salvador Dali, Van Gogh dan Escher.


Itu juga menghadirkan beberapa pameran crossover menarik yang membuat pengunjung dapat menjelajahi bidang ilmiah misterius data besar, biologi kelautan, dan eksplorasi ruang angkasa.


Museum ini sangat mahir mengkombinasikan teknologi sehingga dapat menampilkan tema ilmiah sekaligus artistik. Misalnya, proyek pameran tetap Wilderness Exploration. Wilderness Mysteries dikembangkan oleh ArtScience Museum bekerja sama dengan Google, Lenovo, dan WWF.


Pameran tersebut menggunakan teknologi Tango Google untuk mengintegrasikan dunia maya dengan dunia nyata, dengan mengangkat tema perlindungan lingkungan. Pameran ini juga memenangkan beberapa penghargaan dalam bidang keunggulan kreatif juga Wimpy People's Voice Award dan Asian Creative Festival Digital Craft Technology Advancement Award.


Smartphone adalah perangkat yang diperlukan untuk mengunjungi seluruh pameran. Saat pengunjung berjalan melalui hutan hujan virtual Asia Tenggara, mereka akan bertemu dengan beberapa penghuni utama hutan seperti trenggiling, tapir, chevron, orang utan, dan harimau.


Pengunjung juga dapat mengamati mereka dari dekat, belajar tentang kondisi krisis yang mereka hadapi serta berinteraksi untuk melindungi keberadaan populasi dan lingkungan mereka.


Menjelang akhir tur, pengunjung dapat menanam pohon virtual di museum. Sementara itu, staf lapangan WWF akan menanam pohon asli di Bugitigapulu, Indonesia. Inilah hutan hujan alami terakhir di Sumatera dan habitat utama harimau Sumatera yang terancam punah.


Pohon-pohon itu pernah ditebang oleh pemilik perkebunan yang menanam pohon palem secara ilegal, menyebabkan banyak hewan liar, termasuk harimau Sumatera, kehilangan tempat tinggal. Setelah menanam pohon, pengunjung akan memasuki dunia magis yang diciptakan oleh seniman kontemporer Singapura Brian Gothong Tan menggunakan teknik animasi dan grafis yang canggih.


Dia menarik penonton dari petualangan digital realitas virtual menjadi pengalaman sinematik imersif yang spektakuler. Film multimedianya menggambarkan lima hewan di habitatnya yang rapuh, dengan lancar menunjukkan perjalanan hewan dari penciptaan ke kehancuran hingga kelahiran kembali.


Direktur Museum ArtScience percaya bahwa museum menginginkan unsur kreativitas, rasa ingin tahu, dan estetika, bukan menggantungkan pameran di dinding dan menempelkan narasi di atasnya. Mereka mempraktikkan filosofi mereka dengan pameran unik yang menarik masyarakat luas untuk dapat datang berkunjung menikmatinya.