Bayangkan Anda telah berlatih selama bertahun-tahun, berlari dalam lomba yang menentukan hidup, dan melintasi garis finish dengan waktu rekor dunia tapi, ternyata, itu semua tidak dihitung.
Mengapa? Karena angin. Dalam dunia atletik, angin dapat mempengaruhi kinerja atlet, terutama dalam lomba sprint dan lompat, dan sering kali menjadi faktor penentu apakah sebuah rekor dapat diakui atau tidak. Artikel ini akan membahas bagaimana angin mempengaruhi penampilan atletik, serta peran krusialnya dalam menentukan apakah sebuah rekor sah atau tidak.
Pada cabang-cabang olahraga sprint (seperti 100 meter, 200 meter, dan lompat jauh), angin dapat memberikan dorongan atau bahkan hambatan bagi atlet. Angin yang datang dari belakang (tailwind) akan membantu atlet bergerak lebih cepat, sementara angin yang bertiup dari depan (headwind) akan memperlambat mereka. Untuk memastikan keadilan, World Athletics (sebelumnya IAAF) telah menetapkan peraturan ketat mengenai pengaruh angin:
- Angin dari belakang yang mencapai kecepatan +2.0 meter per detik (m/s) atau kurang dianggap sah untuk pencatatan rekor.
- Angin yang melebihi +2.0 m/s akan mendiskualifikasi sebuah pencapaian sebagai rekor resmi, meskipun masih bisa dihitung untuk peringkat kompetisi.
Sebaliknya, tidak ada batasan mengenai seberapa kuat angin dari depan (headwind) yang dihadapi atlet artinya, meskipun angin yang bertiup kencang dapat memperlambat waktu atlet, hal ini tidak mempengaruhi apakah waktu tersebut dihitung sebagai rekor.
Angin dari belakang akan mengurangi hambatan udara, memungkinkan atlet untuk bergerak lebih efisien. Dalam lomba seperti 100 meter, yang sering kali diputuskan hanya dengan selisih waktu yang sangat tipis, angin yang sedikit saja bisa membuat perbedaan besar dalam performa atlet. Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Applied Biomechanics, angin dari belakang dengan kecepatan +2.0 m/s dapat mempercepat waktu lari 100 meter sekitar 0,10 hingga 0,12 detik. Itu adalah selisih antara mencetak rekor nasional atau bahkan gagal naik ke podium.
Sebaliknya, angin dari depan dengan kecepatan -2.0 m/s dapat memperlambat pelari dengan margin yang serupa, menjadikannya salah satu faktor eksternal terbesar yang mempengaruhi lomba jarak pendek.
Untuk menjaga keadilan, kecepatan angin diukur dengan menggunakan anemometer yang diletakkan di dekat lintasan. Dalam lomba sprint hingga 200 meter dan lompat horizontal seperti lompat jauh dan lompat triple, angin diukur dalam periode tertentu setelah pelari mulai bertanding:
- Untuk lomba 100 meter dan 110 meter gawang: Pengukuran dilakukan selama 10 detik setelah pelari mulai.
- Untuk lomba 200 meter: Pengukuran dilakukan selama 10 detik mulai saat atlet memasuki lintasan lurus.
- Untuk lompat jauh dan lompat triple: Pengukuran dilakukan selama 5 detik setelah atlet melompat.
Pengukuran ini dilakukan untuk memastikan pembacaan yang konsisten dan mengurangi kemungkinan adanya hembusan angin yang tidak teratur yang bisa mempengaruhi hasil secara tidak adil.
Menariknya, tidak semua cabang olahraga atletik dipengaruhi oleh angin dengan cara yang sama. Sebagai contoh:
- Lomba 400 meter dan lebih panjang: Pengaruh angin dianggap sebagai bagian dari kompetisi dan tidak diukur untuk tujuan rekor.
- Lompat vertikal (seperti lompat tinggi dan lompat galah): Angin mungkin mempengaruhi, tetapi tidak ada pengaturan terkait angin untuk rekor.
- Lomba lemparan: Angin dapat memiliki pengaruh besar (terutama dalam lempar cakram atau lembing), tetapi cabang-cabang ini tidak terikat oleh batasan angin untuk rekor.
Hal ini dikarenakan lomba jarak lebih panjang dan cabang-cabang lapangan memiliki interaksi lingkungan yang lebih kompleks, sehingga biasanya dampak angin akan terdistribusi atau rata selama waktu atau arah perlombaan.
Terdapat beberapa contoh terkenal di mana pencapaian luar biasa harus dibatalkan sebagai rekor resmi karena angin yang berlebihan:
- Florence Griffith-Joyner pernah berlari 100 meter dalam waktu 10,49 detik dengan bantuan angin sebesar +2,7 m/s terlalu kuat untuk dihitung sebagai rekor dunia.
- Mike Powell pernah melompat sejauh 8,99 meter dalam lompat jauh dengan bantuan angin yang melebihi +2,0 m/s. Meskipun sangat mengesankan, itu tidak memenuhi syarat untuk rekor dunia.
Contoh-contoh ini menunjukkan bahwa bahkan atlet terbaik pun bisa kehilangan kesempatan meraih penghargaan resmi karena faktor alam yang tak tampak ini.
Sprinter dan pelatih sangat sadar akan pengaruh angin dan sering kali menyesuaikan latihan untuk mempersiapkan berbagai kondisi. Atlet berlatih:
- Melawan angin: Untuk membangun kekuatan dan daya tahan terhadap hambatan.
- Menggunakan angin: Untuk meningkatkan ritme lari dan keterampilan dalam berlari dengan kecepatan lebih tinggi.
Beberapa program latihan elit menggunakan terowongan angin atau simulasi komputer untuk menganalisis bagaimana sudut dan kecepatan angin memengaruhi biomekanika dan efisiensi energi. Alat canggih ini membantu mengoptimalkan postur, panjang langkah, dan teknik lari untuk meminimalkan hambatan angin.
Karena angin merupakan faktor besar dalam perlombaan luar ruangan, kompetisi di dalam ruangan sering dianggap sebagai tes kemampuan atlet yang lebih "murni". Arena dalam ruangan tidak dipengaruhi oleh cuaca, sehingga waktu yang dicatat lebih konsisten dan mudah untuk dibandingkan.
Itulah mengapa rekor dalam ruangan dan luar ruangan tercatat secara terpisah oleh World Athletics, dan pengukuran angin tidak dilakukan untuk kinerja di dalam ruangan.
Angin mungkin tidak terlihat di papan skor, tetapi ia adalah salah satu kekuatan paling besar dalam dunia atletik. Baik itu membantu atau menghambat, angin membentuk kinerja, menentukan rekor, dan menambah elemen tak terduga dalam kompetisi luar ruangan. Jadi, lain kali Anda menonton lomba 100 meter yang menggebu-gebu atau seorang pelompat jauh yang melayang di udara, luangkan waktu sejenak untuk berpikir: Apakah angin berpihak pada mereka atau malah berusaha menghalangi mereka?