Anda pasti sudah pernah melihat rekaman legendaris Usain Bolt di Berlin tahun 2009. Pose "petir" khasnya sebelum berlari, lalu hanya dalam 9,58 detik, rekor dunia pun pecah. Semua orang bilang dia sangat cepat.
Namun setelah kami menonton ulang perlombaan itu puluhan kali, kami menemukan sesuatu yang tak terduga: Bolt menang bukan karena dia mengayunkan kakinya lebih cepat dari yang lain. Dia menang karena dia bergerak lebih sedikit.
Mungkin terdengar aneh, bukan? Bukankah lari cepat harus penuh dengan langkah cepat dan gerakan yang heboh? Ternyata, rahasia Bolt bukan soal seberapa cepat kakinya bergerak, melainkan seberapa efisien dia bergerak. Dan ini bukan hanya untuk atlet kelas dunia semua pelari, dari pemula hingga profesional, bisa belajar dari prinsip ini.
Kami berbicara dengan para ahli biomekanika, menganalisis rekaman slow-motion dari IAAF, bahkan berdiskusi dengan pelatih sprint di Kingston yang pernah melatih para atlet di trek yang sama dengan Bolt. Temuan kami mengejutkan: ini bukan soal genetika, tinggi badan, atau gaya panggung. Ini soal fisika dan bagaimana satu pria menguasainya lebih baik dari siapapun sebelumnya.
Bolt tingginya mencapai 6 kaki 5 inci (sekitar 195 cm) cukup tinggi untuk seorang pelari cepat. Banyak pelatih dulu menganggap tinggi badan seperti itu justru menjadi penghambat karena membuat gerakan kaki jadi lebih lambat. Namun Bolt membalikkan pemikiran itu.
Dalam final 100 meter tersebut, rata-rata panjang langkah Bolt mencapai 2,85 meter atau lebih dari 9 kaki. Ini hampir satu kaki lebih panjang dibandingkan pesaingnya.
Artinya:
- Dia hanya butuh 41 langkah untuk menyelesaikan lomba.
- Sedangkan pesaing terdekatnya harus melakukan 45 sampai 48 langkah.
- Lebih sedikit langkah berarti lebih sedikit kontak dengan tanah, yang berarti energi yang terbuang juga lebih sedikit. Dr. Peter Weyand, pakar gerak manusia dari Southern Methodist University, menjelaskan, "Waktu kontak kaki dengan tanah adalah musuh kecepatan. Setiap kali kaki menyentuh lintasan, Anda kehilangan sedikit momentum. Bolt berhasil mengurangi kerugian itu secara drastis."
Bolt memang tidak selalu tercepat saat start. Bahkan, dia kadang punya start yang lebih lambat dari pelari lain. Namun begitu dia mencapai kecepatan puncak, sekitar 60 meter, Anda bisa mempertahankan kecepatan lebih lama, karena setiap langkahnya membawa dia lebih jauh tanpa harus mengeluarkan tenaga berlebihan.
Jika Anda memperhatikan Bolt saat berlari, berbeda dengan pelari lain yang biasanya condong ke depan, mengayunkan lengan kencang dan menggerakkan kepala naik turun, Bolt justru terlihat hampir tegak lurus.
Tubuhnya tetap sejajar dengan pinggul, seperti tiang yang kokoh. Mungkin terlihat sederhana, tapi posisi ini memiliki efek besar:
- Mengurangi gaya pengereman, posisi condong ke depan membuat tubuh seperti "menangkap" dirinya sendiri setiap kali melangkah.
- Meningkatkan transfer tenaga, energi langsung diarahkan ke tanah, bukan terbuang ke samping.
- Membantu pernapasan tetap lancar, tidak ada tekanan berlebih pada paru-paru.
Pelatih sprint, Ainsley Rodriguez, menyebut, "Bolt berlari dengan postur seperti penari. Kebanyakan pelari berjuang melawan tubuh mereka, tapi Bolt justru mengikuti alirannya."
Postur tegak ini bukan hasil alami, melainkan latihan keras selama bertahun-tahun. Latihan inti (core), keseimbangan, dan teknik lari dengan resistensi membentuk kemampuannya untuk tetap tegak meski berlari dengan kecepatan 27 mil per jam (43 km/jam).
Hal paling mengejutkan? Bolt tampak sangat santai, bahkan saat melaju kencang. Rahangnya longgar, tangan terbuka, tanpa ekspresi tegang.
Sering kali kita kira usaha maksimal harus terlihat berat. Padahal, ketegangan justru memperlambat. Otot yang kaku tak bisa berkontraksi cepat, dan tangan yang terkepal menambah beban pada tubuh bagian atas, menghambat kecepatan kaki.
Bolt melatih dirinya untuk tetap tenang saat berlari sekuat tenaga, dengan teknik khusus:
- Kontrol pernapasan, menghirup dua langkah, menghembuskan dua langkah.
- Posisi lengan, siku ditekuk 90 derajat, tangan dekat dengan tulang pipi.
Tentu Bolt punya bakat. Tapi catatan latihannya menunjukkan satu hal lain: obsesi dan disiplin. Pelatihnya di University of Technology, Jamaica, Glen Mills, punya metode unik:
Latihan sprint 30 meter mundur untuk memperbaiki posisi pinggul.
Lompatan satu kaki dengan rompi 10 kg untuk meningkatkan keseimbangan dan ledakan tenaga.
Analisa video setiap hari, bukan hanya dirinya, tapi juga pesaing.
Pemulihan juga sangat diperhatikan:
- Mandi air dingin dalam 10 menit setelah latihan.
- Tidur 9 jam setiap malam.
- "Dia bukan hanya yang tercepat, tapi juga paling disiplin saat tak ada yang melihat," kata Mills.
Jadi, apakah Anda bisa berlari seperti Bolt? Mungkin tidak persis. Anda mungkin tidak setinggi dia, atau punya serat otot secepat dia. Tapi Anda bisa mengadopsi prinsip-prinsipnya:
- Fokus pada efisiensi langkah, bukan sekadar kecepatan mengayun.
- Latih postur dan rileksasi sebagai alat kecepatan.
- Latih dengan cerdas, bukan hanya keras.
Lain kali saat Anda berlari, meski hanya untuk mengejar bus coba lakukan ini:
- Tetap tegak.
- Biarkan tangan Anda rileks.
- Pikirkan langkah panjang, bukan langkah cepat.
Anda mungkin tak akan memecahkan rekor dunia, tapi Anda akan berlari seperti seseorang yang benar-benar memahami arti kecepatan. Dan itulah rahasia sesungguhnya.