Kami tidak mulai menulis jurnal untuk mengubah hidup. Kami melakukannya karena satu alasan yang sangat sederhana: kami tidak bisa tidur.
Pikiran kami terus berputar. Mengulang percakapan. Memprediksi hari esok. Mencoba menyelesaikan masalah yang bahkan tidak punya jawaban.
Sampai akhirnya, suatu malam antara lelah dan putus asa, kami meraih sebuah buku catatan dan menulis:
"Kami lelah. Bahu terasa nyeri. Kami terus kepikiran omongan dia saat makan siang tadi."
Itu saja.
Satu halaman.
Tanpa aturan.
Tanpa struktur.
Hanya kata-kata yang tumpah begitu saja.
Kami tidak berharap ada yang berubah. Tapi perlahan… sesuatu memang berubah.
Bukan karena tulisan kami penuh kebijaksanaan.
Bukan karena kami membuat target atau melacak kebiasaan.
Tapi karena untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, pikiran-pikiran itu punya tempat untuk "mendarat" di luar kepala.
Setelah menulis satu halaman setiap hari selama setahun, inilah hal-hal nyata yang kami dapatkan yang mungkin juga bisa Anda rasakan jika mencobanya.
Sebelum mulai menulis, isi kepala terasa seperti kantong belanjaan yang terlalu penuh tali yang menekan jari, isi yang hampir tumpah.
Kami membawa:
• Kekhawatiran dari kemarin
• Tugas-tugas dari kantor
• Kalimat yang tak sempat diucapkan
Tapi satu halaman tulisan menawarkan alternatif:
- Kami bisa menaruh semuanya.
-Bukan untuk diselesaikan.
- Tapi untuk dipindahkan.
Begitu ditulis, pikiran-pikiran itu tidak langsung hilang, tapi mereka jadi kurang mendesak.
Dr. Lena Cruz, seorang psikolog kognitif, menjelaskan bahwa menulis tangan melibatkan banyak area otak sekaligus, mulai dari kontrol motorik, visual, memori, hingga bahasa. Proses ini membuat otak memproses pikiran secara lebih lambat dan dalam, menciptakan jarak psikologis dari aliran pikiran yang biasanya menguasai kepala kita.
Menulis tangan membuat kita berhenti "terjebak" dalam pikiran, dan mulai mengamati pikiran itu.
Dan di situlah kelegaan mulai terasa.
Kami berhenti merasa "dibajak" oleh isi kepala sendiri.
Sebagian besar dari kita sebenarnya tidak tahu apa yang kita pikirkan, sampai kita mencoba menuliskannya.
Di minggu-minggu awal, halaman-halaman kami dipenuhi dengan keluhan tentang stres, pekerjaan, dan kelelahan.
Tapi memasuki bulan ketiga, pola-pola mulai muncul:
Kami terus kembali ke momen-momen kecil seperti:
• Cahaya matahari pagi yang jatuh di lantai dapur
• Senyum ramah dari kasir swalayan
• Kepuasan memperbaiki engsel lemari
Tidak ada yang dramatis. Tapi semuanya hidup.
Jurnal ini tidak memberi tahu tujuan hidup. Tapi ia mengungkap nilai-nilai yang ternyata penting, bukan lewat pernyataan besar, tapi dari hal-hal kecil yang terus muncul.
Yang muncul berulang-ulang?
Koneksi. Ketenangan. Kepedulian kecil.
Penelitian tahun 2022 dalam Personality and Social Psychology Bulletin menemukan bahwa orang yang menulis bebas selama 10 menit setiap hari jadi lebih mengenali diri mereka sendiri. Terutama, apa yang membuat mereka bahagia secara halus atau merasa terganggu diam-diam.
Kami tidak butuh peta hidup.
Kami hanya butuh tahu: apa yang hati kami ulang-ulang dalam diam?
Kami biasa berbicara dengan teman, curhat ke pasangan, kirim pesan ke rekan kerja.
Tapi kapan terakhir kali benar-benar mendengarkan diri sendiri?
Satu halaman per hari berubah jadi seperti pertemuan mingguan dengan seseorang yang selama ini kami abaikan: diri kami sendiri.
Kadang kami lembut:
- "Anda sudah berusaha semampunya hari ini. Itu cukup."
Kadang kami jujur:
- "Anda menunda telepon itu karena takut gagal."
Kadang kami kaget:
- "Kami rasa kami ingin ganti pekerjaan. Tapi kami takut mengakuinya."
- Ini bukan terapi di atas kertas.
- Ini adalah kehadiran.
Dan perlahan, kami mulai memperlakukan diri sendiri seperti seseorang yang pantas dipedulikan.
Kami tidak menggunakan jurnal untuk merencanakan atau menyelesaikan masalah.
Tapi kejelasan tetap datang.
Lewat tulisan, pola-pola muncul begitu saja:
• Kami selalu lelah setiap kali memaksa keluar malam saat tubuh sudah lelah
• Ide terbaik muncul setelah jalan kaki, bukan rapat
• Rasa damai selalu muncul saat kami punya satu jam tenang di pagi hari
Ini bukan wahyu besar.
Tapi cukup untuk mengubah cara kami hidup.
Salah satu catatan hanya berbunyi:
"Kami terus bilang ingin menulis. Tapi sudah 3 minggu tidak buka dokumen. Kenapa?"
Pertanyaan kecil itu mengantar kami kembali menulis kali ini, sungguh-sungguh.
Kami tidak menulis dengan sempurna setiap hari.
Kadang terlewat.
Kadang hanya tiga baris, lalu berhenti.
Tapi kami punya satu aturan:
- Satu halaman. Tidak lebih. Tidak kurang.
- Bukan 500 kata.
- Bukan "sampai lega."
- Cukup satu halaman, bagian depan saja.
- Ini membuatnya bisa dilakukan, bahkan di hari yang sulit.
Kadang kami hanya menulis:
- "Kami bingung. Kepala ini riuh. Kami cuma ingin istirahat."
- Dan itu cukup.
- Tujuannya bukan kedalaman.
- Tapi konsistensi.
Bagaimana jika kejelasan tidak datang dari jam-jam perenungan?
Bagaimana jika cukup dengan satu halaman… satu hari… satu kalimat jujur saja?
Anda tidak butuh buku catatan mahal.
Tidak perlu tulisan tangan indah.
Tidak harus dibagikan ke siapa pun.
Coba saja 10 hari:
- Satu halaman.
- Satu momen.
- Satu kejujuran.
Karena kadang, kebiasaan paling tenang, hadir untuk diri sendiri, lewat tulisan menjadi kebiasaan paling kuat yang pernah Anda miliki.