Media memiliki peran penting dalam membentuk cara kita memandang atlet, terutama atlet wanita.


Dari siaran olahraga di televisi hingga platform media sosial, citra perempuan dalam olahraga sering kali digambarkan dengan cara yang mencerminkan dan memperkuat sikap masyarakat terhadap gender.


Sementara atlet pria biasanya disorot karena kemampuan, kekuatan, dan daya saing mereka, atlet wanita sering kali dikaitkan dengan penampilan fisik atau stereotip gender tradisional. Ketimpangan ini tidak hanya memengaruhi persepsi publik, tetapi juga berdampak pada sponsor, organisasi olahraga, dan bahkan atlet muda yang bercita-cita mengikuti jejak mereka.


Dalam artikel ini, kami membahas bagaimana atlet wanita direpresentasikan di media, tantangan yang mereka hadapi, dan bagaimana representasi ini memengaruhi karier serta persepsi terhadap olahraga wanita. Kami juga mengeksplorasi perubahan yang diperlukan agar citra atlet wanita menjadi lebih adil, inspiratif, dan memberdayakan.


Lensa Gender dalam Liputan Olahraga


1. Stereotip dan Seksualitas dalam Representasi Atlet Wanita


Salah satu tema yang sering muncul dalam liputan media tentang atlet wanita adalah fokus pada penampilan fisik daripada kemampuan atletik. Atlet wanita kerap diseksualisasi dengan cara yang jarang terjadi pada atlet pria, misalnya dengan sorotan pada pakaian, tipe tubuh, atau kehidupan pribadi mereka, ketimbang prestasi di lapangan.


Media cenderung menonjolkan sisi feminin daripada kemampuan olahraga. Misalnya, liputan mungkin menekankan peran seorang atlet wanita sebagai ibu, pasangan, atau ikon gaya, bukan pencapaian kompetitifnya. Representasi semacam ini memperkuat stereotip gender kuno yang melihat perempuan dari segi penampilan atau peran domestik. Akibatnya, prestasi olahraga mereka sering kali terabaikan, sementara perhatian lebih banyak tertuju pada bagaimana mereka memenuhi standar kecantikan tradisional.


2. Kurangnya Liputan untuk Olahraga Wanita


Selain itu, olahraga wanita sering kurang mendapatkan perhatian media. Sementara olahraga pria seperti sepak bola, bola basket, dan sepak bola Amerika menerima liputan mendalam dan konsisten, olahraga wanita seringkali hanya muncul sesekali atau ditempatkan di program sekunder.


Kurangnya liputan ini bukan hanya soal visibilitas, tetapi juga soal nilai. Ketika olahraga wanita jarang ditayangkan, masyarakat cenderung menganggapnya kurang penting. Dampaknya, sponsorship, gaji, dan peluang bagi atlet wanita untuk mendapatkan pengakuan berkurang. Ini juga membuat anak perempuan sulit menemukan panutan dalam olahraga dan merasa kurang termotivasi untuk mengejar karier sebagai atlet profesional.


Dampak pada Sponsorship dan Investasi Finansial


1. Ketimpangan Sponsorship


Representasi media yang tidak setara memengaruhi dukungan finansial bagi atlet wanita. Sponsor cenderung ragu untuk berinvestasi dalam olahraga wanita ketika mereka kurang terlihat di media. Ini berdampak pada penghasilan dan masa karier atlet wanita.


Atlet pria di olahraga populer sering mendapatkan kontrak sponsor bernilai jutaan dari merek besar. Sebaliknya, atlet wanita dengan prestasi setara sering kesulitan mendapatkan dukungan finansial serupa. Ketimpangan ini tidak hanya muncul karena kurangnya liputan, tetapi juga karena bias terselubung dalam menilai nilai atlet wanita. Semakin sedikit media menyorot mereka, semakin kecil kemungkinan sponsor menganggap mereka layak diinvestasikan, sehingga siklus ini terus berulang.


2. Peran Atlet Wanita sebagai Advokat


Meski tantangan media membuat sponsorship sulit, beberapa atlet dan organisasi menentang hal ini. Atlet seperti Serena Williams dan Megan Rapinoe menggunakan platform mereka untuk menantang representasi media terhadap atlet wanita, mendorong liputan yang lebih adil, dan mengubah narasi seputar perempuan dalam olahraga.


Selain itu, organisasi seperti Women's Sports Foundation bekerja keras meningkatkan kesadaran tentang ketidaksetaraan gender dan mendorong representasi yang lebih setara. Upaya ini membuka lebih banyak peluang bagi atlet wanita untuk tampil di media dan mendapatkan sponsor.


Mengubah Narasi: Dari Objektifikasi ke Pemberdayaan


1. Fokus pada Prestasi Atletik, Bukan Penampilan


Untuk menciptakan representasi yang lebih adil, media harus menyoroti kemampuan atlet wanita daripada penampilan mereka. Atlet wanita perlu dihargai karena bakat, kekuatan, dan dedikasi mereka. Liputan sebaiknya menekankan prestasi, rekor, dan keterampilan mereka, bukan pakaian atau penampilan fisik.


Dengan perubahan ini, media memiliki kekuatan untuk membentuk persepsi publik, memberdayakan generasi baru atlet wanita, dan menunjukkan bahwa keberhasilan mereka layak mendapatkan pengakuan.


2. Liputan Setara di Siaran Olahraga


Meningkatkan liputan olahraga wanita adalah langkah penting menuju keseimbangan. Atlet wanita harus mendapatkan platform dan kesempatan yang setara dengan atlet pria. Media, terutama jaringan olahraga besar, perlu berinvestasi dalam menyiarkan pertandingan olahraga wanita dan membuat program yang menyoroti perjalanan, tantangan, dan keberhasilan mereka.


Liputan yang lebih beragam akan membantu menciptakan lingkungan di mana atlet wanita dihargai setara dengan atlet pria, sekaligus menginspirasi anak perempuan untuk berani mengejar karier di dunia olahraga.


3. Media Sosial sebagai Senjata Perubahan


Media sosial memberi atlet wanita kesempatan untuk mengendalikan narasi mereka sendiri. Atlet seperti Naomi Osaka, Simone Biles, dan Elena Delle Donne memanfaatkan platform seperti Instagram, Twitter, dan YouTube untuk terhubung langsung dengan penggemar, berbagi pengalaman, dan menantang standar liputan media.


Pendekatan ini memungkinkan mereka membangun merek pribadi, meningkatkan visibilitas olahraga wanita, dan mendorong diskusi tentang kesetaraan gender.


Kesimpulan: Menuju Masa Depan yang Lebih Inklusif


Representasi perempuan dalam media olahraga bukan sekadar isu citra, tetapi juga memengaruhi kesempatan finansial dan profesional mereka. Dengan fokus pada prestasi dan peningkatan liputan, media dapat menjadi kekuatan penting dalam menciptakan kesetaraan bagi atlet wanita.


Dengan lebih banyak representasi, sponsorship yang adil, dan narasi yang memberdayakan, atlet wanita bisa terus menembus batas, menginspirasi generasi muda, dan membuktikan bahwa mereka bukan hanya atlet, tetapi sosok tangguh dan layak dihormati.