Dalam dunia olahraga profesional, sorotan terhadap kesenjangan gaji antara atlet pria dan wanita semakin tajam.


Di balik gemerlap panggung dan sorakan penonton, masih tersimpan realita pahit: atlet wanita kerap dibayar jauh lebih rendah dibandingkan rekan prianya.


Meskipun telah berlangsung berbagai upaya untuk memperjuangkan kesetaraan, kenyataannya, dunia olahraga masih menghadapi tantangan besar dalam hal pengakuan, kesempatan, dan imbalan yang adil bagi perempuan. Artikel ini mengupas tuntas penyebab kesenjangan tersebut, perjuangan panjang atlet wanita, serta langkah-langkah nyata yang perlu dilakukan untuk menciptakan masa depan yang setara.


Perbedaan Gaji yang Mencolok di Dunia Olahraga


Secara global, kesenjangan pendapatan antara atlet pria dan wanita masih sangat nyata. Perbedaan paling mencolok dapat dilihat di cabang olahraga populer seperti sepak bola, basket, tenis, dan golf. Faktor utama yang menyebabkan ketimpangan ini meliputi ketidakseimbangan dalam kontrak sponsor, liputan media, dan pembagian hadiah kejuaraan.


Ambil contoh dunia tenis. Cabang olahraga ini sudah menunjukkan kemajuan besar dalam hal kesetaraan, terutama karena turnamen Grand Slam kini memberikan hadiah dengan nominal yang sama untuk atlet pria dan wanita. Namun, di olahraga lain, kesenjangan itu masih sangat lebar. Dalam sepak bola, misalnya, pemain pria di liga elit seperti English Premier League atau La Liga bisa meraup jutaan dolar setiap tahun, sedangkan pemain wanita di liga profesional Amerika Serikat pada tahun 2020 hanya memperoleh rata-rata sekitar 14.000 dolar per tahun. Sebagai perbandingan, pemain pria di Major League Soccer menerima gaji rata-rata sekitar 400.000 dolar.


Faktor Utama yang Menyebabkan Kesenjangan Gaji


1. Kurangnya Liputan Media dan Perhatian Publik


Salah satu penyebab terbesar ketimpangan gaji adalah minimnya liputan media terhadap olahraga wanita. Selama bertahun-tahun, pertandingan wanita jarang mendapatkan sorotan besar seperti yang diterima olahraga pria. Akibatnya, jumlah penonton dan sponsor pun jauh lebih sedikit.


Sebagai contoh, meskipun Piala Dunia Wanita FIFA 2019 mencetak rekor penonton, total audiensnya masih kalah jauh dibandingkan versi pria. Kurangnya eksposur ini berimbas pada rendahnya minat sponsor untuk berinvestasi, yang kemudian berdampak langsung pada pendapatan para atlet wanita.


2. Kesenjangan Sponsorship dan Peluang Komersial


Sponsor merupakan sumber penghasilan utama bagi banyak atlet. Namun, para atlet wanita sering kali mendapatkan nilai kontrak yang jauh lebih kecil dibandingkan atlet pria, bahkan ketika mereka memiliki prestasi yang sebanding atau lebih unggul.


Contohnya dapat dilihat pada sosok Serena Williams, salah satu petenis paling sukses sepanjang masa. Meskipun ia meraih banyak gelar dan memiliki pengaruh besar di dunia olahraga, pendapatannya dari sponsor masih lebih rendah dibandingkan petenis pria seperti Roger Federer atau Rafael Nadal.


3. Ketidaksetaraan Hadiah Kejuaraan


Perbedaan hadiah antara turnamen pria dan wanita juga berperan besar. Beberapa olahraga memang sudah mulai memperbaiki sistem ini, tetapi sebagian besar masih belum setara.


Di cabang golf, misalnya, meskipun ajang U.S. Women’s Open sudah mulai memberikan hadiah yang sama sejak 2019, total pendapatan atlet wanita di LPGA Tour masih jauh di bawah para pemain pria di PGA Tour. Hal ini mencerminkan masih kuatnya ketimpangan struktur ekonomi di berbagai cabang olahraga.


4. Hambatan Institusional dan Stereotip Sosial


Faktor budaya dan pandangan masyarakat turut memperparah ketimpangan ini. Selama bertahun-tahun, olahraga wanita dianggap kurang menarik atau kurang kompetitif dibandingkan olahraga pria. Selain itu, atlet wanita sering kali dihadapkan pada penilaian berdasarkan penampilan atau citra, bukan kemampuan dan prestasinya.


Stereotip seperti ini membuat mereka sulit mendapatkan dukungan sponsor maupun kesempatan tampil di panggung besar. Padahal, kemampuan dan dedikasi atlet wanita tidak kalah luar biasa dibandingkan atlet pria.


Kemajuan dan Perubahan Arah Menuju Kesetaraan


Meski jalannya panjang dan berliku, perubahan mulai terlihat. Banyak atlet wanita kini tampil lebih vokal memperjuangkan haknya. Salah satu tokoh penting adalah Billie Jean King, legenda tenis yang berjuang keras agar turnamen besar memberikan hadiah yang setara. Berkat perjuangannya, turnamen US Open menjadi ajang Grand Slam pertama yang menerapkan sistem hadiah sama pada tahun 1973, diikuti oleh turnamen lain di tahun-tahun berikutnya.


Langkah besar juga diambil oleh Tim Nasional Sepak Bola Wanita Amerika Serikat (USWNT). Mereka secara terbuka menuntut kesetaraan upah dari federasi sepak bola nasional. Setelah perjuangan panjang, pada tahun 2020 mereka akhirnya berhasil mencapai kesepakatan untuk menyetarakan bonus dan insentif dengan tim pria.


Langkah Nyata untuk Menutup Kesenjangan Gaji


Agar kesenjangan ini bisa benar-benar dihapus, diperlukan upaya besar dari berbagai pihak.


1. Liputan Media yang Lebih Seimbang


Media berperan penting dalam meningkatkan popularitas olahraga wanita. Dengan memberikan porsi tayangan dan pemberitaan yang setara, masyarakat akan semakin mengenal atlet wanita dan meningkatkan daya tarik sponsor.


2. Dukungan Sponsor dan Kemitraan yang Adil


Perusahaan dan merek ternama harus mulai berinvestasi pada atlet wanita. Selain memberi dampak positif bagi citra perusahaan, langkah ini juga membantu mengangkat nilai komersial olahraga wanita secara keseluruhan.


3. Kebijakan dan Reformasi Institusional


Federasi olahraga serta lembaga pengatur harus menetapkan kebijakan yang menjamin kesetaraan hadiah dan kesempatan. Kesetaraan tidak boleh hanya menjadi slogan, tetapi diwujudkan dalam aturan dan praktik nyata di lapangan.


Menuju Masa Depan yang Setara di Dunia Olahraga


Kesenjangan gaji dalam olahraga profesional adalah masalah yang nyata, namun bukan tidak mungkin untuk diatasi. Melalui kerja sama antara atlet, media, sponsor, dan organisasi olahraga, masa depan yang lebih adil dapat terwujud.


Kisah inspiratif dari Serena Williams, Billie Jean King, hingga tim USWNT membuktikan bahwa perjuangan untuk kesetaraan bukan sekadar mimpi. Jika kesadaran publik terus tumbuh dan dukungan terhadap olahraga wanita semakin kuat, generasi atlet wanita berikutnya akan dapat menikmati penghargaan dan penghasilan yang setara dengan rekan prianya.