Tutup mata sejenak. Pikirkan momen film favorit Anda. Mungkin itu adalah perpisahan yang hening, ciuman pertama, atau saat seorang karakter akhirnya mencapai tujuannya. Sekarang, tanyakan pada diri Anda: seperti apa musik di adegan itu?
Kemungkinan besar, Anda bisa mendengarnya di kepala, meskipun saat pertama menonton, Anda mungkin tidak terlalu menyadarinya. Inilah keajaiban musik dalam film. Musik tidak sekadar latar belakang. Ia mengarahkan emosi, membentuk ekspektasi, dan seringkali menceritakan kisah tanpa satu kata pun.
Dan hal paling menakjubkan? Skor film terbaik adalah yang tidak Anda sadari, sampai ia hilang. Bayangkan, hilangkan musik dari sebuah film, dan seluruh sensasi yang ditimbulkan akan berubah. Visual tetap sama, tetapi perasaan yang dibangun runtuh. Itulah kekuatan musik sejati.
Pikirkan musik dalam film bukan sebagai hiasan, tetapi sebagai karakter diam yang tahu apa yang akan terjadi sebelum karakter lain menyadarinya.
Ambil contoh skor Hans Zimmer untuk Inception. Suara "BRAAAM" yang terkenal dalam, lambat, dan meningkat, tidak sekadar dramatis. Ia meniru sensasi jatuh ke dalam lapisan mimpi. Membingungkan, berat, seolah waktu sendiri melengkung. Anda tidak memerlukan penjelasan untuk memahami konsep ini, tubuh Anda merasakannya.
Dr. Aniruddh Patel, seorang ahli neurosains kognitif yang mempelajari musik dan otak, menjelaskan: "Musik mengaktifkan jaringan saraf yang sama yang terlibat dalam memprediksi apa yang akan terjadi selanjutnya. Ketika skor membangun ketegangan, otak mempersiapkan diri untuk bertindak, meskipun tidak ada yang terjadi di layar."
Inilah yang disebut foreshadowing emosional. Perubahan nada, atau satu nada yang tidak pada tempatnya, bisa menandakan bahaya, harapan, atau kehilangan sebelum karakter mengatakan satu kata pun.
Contohnya:
- Dalam The Social Network, Trent Reznor dan Atticus Ross menggunakan elektronik yang dingin dan berdenyut untuk mencerminkan isolasi Mark Zuckerberg, meskipun dia dikelilingi banyak orang.
- Dalam Her, melodi piano yang hangat dan melayang membuat kesepian terasa indah, bukan menyedihkan.
- Dalam Spirited Away, musik Joe Hisaishi berubah antara imajinatif dan cemas, membimbing Anda melalui dunia di mana semuanya tampak tidak pasti.
Musik tidak sekadar bereaksi terhadap cerita, musik membentuk bagaimana Anda merasakannya.
Beberapa karakter tidak perlu muncul di layar untuk terasa kehadirannya. Cukup dengan tema musik mereka.
John Williams tidak hanya menulis musik untuk Star Conflict, ia memberikan identitas musik pada setiap karakter utama. Saat Anda mendengar Imperial March, Anda tidak perlu melihat Darth Vader. Musik itu adalah dia: kuat, tak terelakkan, mengancam.
Teknik ini disebut leitmotif dan telah digunakan sejak era opera, namun para komposer film menguasainya dengan sempurna. Setiap kali tema karakter dimainkan, meskipun dengan kunci atau ritme berbeda, emosi masa lalu tetap tersimpan.
Pertimbangkan The Lord of the Rings. Howard Shore menciptakan lebih dari 50 tema untuk orang, tempat, dan bahkan ide. Saat tema Frodo muncul dengan lembut melalui alat musik yang jauh, itu mengingatkan Anda akan beban yang ia tanggung tanpa harus menampilkan wajahnya.
Kadang, musik pun berkembang seiring karakter.
- Saat tema seorang pahlawan dimulai rapuh lalu menjadi kuat, Anda merasakan perjalanan mereka.
- Saat tema cinta kembali dalam nada minor, Anda tahu hubungan itu telah berubah.
- Saat melodi seorang antagonis terdengar dalam adegan damai, Anda merasakan bahaya tersembunyi.
Itulah cerita melalui suara.
Tentu, tidak semua momen emosional perlu diiringi musik. Terkadang, pilihan paling efektif adalah menghapus musik sama sekali.
Dalam No Country for Old Men, sutradara memilih tanpa skor musik. Keheningan membuat setiap langkah kaki, setiap pintu yang berderit, terasa menegangkan. Anda tidak diberitahu bagaimana harus merasa, Anda dibiarkan sendiri dengan ketegangan.
Komposer Carter Burwell, yang bekerja di film tersebut, mengatakan: "Ketiadaan musik memaksa penonton untuk lebih mendengarkan. Anda menjadi bagian dari soundtrack."
Ini menjadi pengingat: musik bukan hanya tentang apa yang dimainkan. Ini juga soal waktu, kontras, dan ruang. Keheningan mendadak setelah skor yang bising bisa mengejutkan lebih dari efek menakutkan manapun. Dalam adegan emosional, satu alat musik, seperti cello solo atau piano jauh dapat berbicara lebih banyak daripada seluruh orkestra.
Cobalah ini saat menonton film berikutnya: matikan suara adegan, lalu ulangi dengan hanya musiknya. Rasakan perbedaannya. Anda akan mulai menyadari bagaimana musik mendorong, menahan, mengangkat, atau menghancurkan hati Anda tanpa satu kata pun.
Karena kenyataannya, kita tidak sekadar menonton film. Kita merasakannya.
Dan sering kali, musiklah yang membuat kita merasakan itu sama sekali.
Pertanyaannya sekarang: apa musik film terakhir yang masih terngiang di kepala Anda setelah kredit berjalan? Itu bukan sekadar bunyi. Itu adalah perasaan yang tak pernah Anda sadari namanya, sampai Anda mendengarnya.