Semua orang pasti sudah tahu bahwa Elon Musk memiliki impian besar untuk mengirimkan 100.000 orang ke Mars dengan menggunakan 1.000 pesawat luar angkasa. Mars, sebagai satu-satunya planet selain Bumi yang berpotensi mendukung kehidupan, menjadi fokus utama dalam upaya eksplorasi antariksa oleh berbagai negara.
Hal ini menyebabkan munculnya fenomena yang disebut "demam Mars", terutama setelah tiga pesawat luar angkasa berhasil mendarat di planet merah ini tahun ini. Lalu, apa saja tantangan yang harus dihadapi agar misi manusia ke Mars bisa terwujud? Mari kita bahas beberapa hambatan besar yang harus kita atasi.
Jarak Jauh: Perjalanan dari Bumi ke Mars
Jarak antara Bumi dan Mars sangatlah jauh. Kedua planet ini akan berada pada posisi terdekat setiap 26 bulan sekali, saat Mars dan Bumi sejajar. Pada posisi terdekatnya, Mars berjarak sekitar 55 juta kilometer dari Bumi, dan pada posisi terjauh bisa mencapai 400 juta kilometer. Perjalanan satu arah ke Mars membutuhkan waktu minimal 6 bulan. Mengingat para astronot harus tinggal di Mars selama hampir 500 hari, perjalanan pulang pergi bisa memakan waktu hingga 900 hari atau hampir tiga tahun! Tanpa kemungkinan untuk melakukan pengisian ulang pasokan selama perjalanan, astronot harus membawa sejumlah besar pasokan dan energi.
Beban Berat: Kebutuhan Roket yang Lebih Besar
Untuk bisa bertahan hidup di Mars, astronot perlu membawa minimal 40 ton pasokan. Ditambah dengan pesawat luar angkasa, habitat, serta peralatan pendaratan dan lepas landas di Mars, total berat misi bisa mencapai sekitar 1.000 ton. Ini jauh melampaui kapasitas roket yang ada saat ini untuk meluncurkan semuanya sekaligus. Oleh karena itu, komponen-komponen tersebut perlu dikirim dalam beberapa tahap ke orbit Bumi, lalu disusun di sana sebelum akhirnya diterbangkan ke Mars. Proses ini menghadirkan berbagai tantangan teknis, seperti merancang misi secara keseluruhan, mengoptimalkan orbit, mengelola penyimpanan propelan kriogenik, hingga melakukan perakitan di orbit.
Tinggal di Luar Angkasa: Menjaga Kesehatan Astronot
Selama perjalanan panjang menuju Mars, astronot akan hidup di lingkungan tanpa gravitasi dan penuh radiasi. Untuk membuat perjalanan ini menjadi mungkin, kita membutuhkan teknologi canggih untuk penyimpanan makanan jangka panjang, perlindungan dari radiasi, dan dukungan medis. Selain itu, astronot juga perlu memiliki cara untuk menjaga kesehatan fisik dan mental mereka di ruang sempit pesawat luar angkasa, memastikan mereka tetap bugar dan waras selama perjalanan yang panjang.
Keterlambatan Komunikasi: Tantangan Baru dalam Interaksi Bumi-Mars
Salah satu hambatan besar dalam eksplorasi Mars adalah keterlambatan komunikasi. Jarak antara Bumi dan Mars menyebabkan adanya jeda waktu komunikasi hingga 44 menit, baik saat mengirimkan pesan maupun menerima balasan. Ini membuat komunikasi secara real-time dengan astronot di Mars hampir tidak mungkin dilakukan. Untuk mengatasi hal ini, kita membutuhkan jaringan komunikasi baru yang dapat memastikan para astronot di Mars tetap dapat berkomunikasi dengan Bumi secara terus-menerus, meskipun ada jeda waktu yang panjang.
Pendaratan di Mars: Atmosfer Tipis yang Menantang
Mars menghadirkan tantangan lain dalam hal pendaratan. Atmosfer Mars sangat tipis, sehingga teknik pendaratan tradisional seperti parasut tidak akan efektif. Sebagai gantinya, kita harus menggunakan sistem inovatif seperti roket pendorong untuk membantu pendaratan. Selain itu, karena adanya keterlambatan komunikasi, misi pendaratan ini harus sepenuhnya otonom. Artinya, teknologi pendaratan kita harus sangat andal dan mampu beroperasi tanpa bantuan langsung dari Bumi.
Kerangka Kerja Eksplorasi Mars
Untuk mewujudkan misi ini, sebuah sistem eksplorasi Mars yang komprehensif harus ada, yang terdiri dari beberapa komponen utama:
- Sistem Eksplorasi Tanpa Awak: Termasuk pesawat pengorbit, pendarat, dan rover yang akan menyurvei Mars, mengumpulkan data lingkungan, dan menguji teknologi.
- Sistem Transportasi Luar Angkasa: Ini mencakup berbagai kendaraan seperti roket peluncur, tahap transfer, dan sistem pendaratan/pendakian, serta fasilitas darat di Mars.
- Sistem Aplikasi Permukaan Mars: Ini mencakup modul hidup, laboratorium ilmu pengetahuan, rover, dan sistem aktivitas luar angkasa (EVA) yang dirancang untuk mendukung kehidupan dan penelitian di permukaan Mars.
Tahapan Eksplorasi Mars
Perjalanan ke Mars dapat dibagi menjadi beberapa tahapan besar:
- Tahap 1: Pengiriman Barang – Awalnya, beban seperti bahan bakar dan fasilitas permukaan Mars akan dikirimkan ke orbit Bumi dan disusun di sana.
- Tahap 2: Pengiriman Manusia – Setelah fasilitas di Mars siap, manusia akan dikirimkan dalam pesawat luar angkasa menuju Mars, di mana mereka akan bergabung dengan tahap transfer Mars sebelum mendarat.
- Tahap 3: Operasi di Permukaan Mars – Setelah mendarat, para astronot akan melakukan kegiatan penelitian dan eksplorasi di permukaan Mars.
- Tahap 4: Kembali ke Bumi – Setelah menyelesaikan misi di Mars, para astronot akan kembali ke tahap transfer yang akan membawa mereka kembali ke Bumi.
Meskipun teknologi yang dibutuhkan untuk misi manusia ke Mars sudah dalam pengembangan, jalan yang harus ditempuh masih panjang. Misi ini memerlukan pendanaan yang substansial dan inovasi terobosan dalam sistem propulsi, sistem pendukung kehidupan, dan pelindung radiasi. Inovasi seperti propulsi termal nuklir dapat memperpendek perjalanan, namun saat ini kita masih membutuhkan kemajuan signifikan dalam teknologi-teknologi tersebut. Seiring dengan berkembangnya teknologi luar angkasa, tidak diragukan lagi bahwa saatnya akan tiba bagi umat manusia untuk menginjakkan kaki di Mars. Hari di mana kita menjadi spesies antarplanet semakin dekat, dan ini adalah saat yang sangat mengasyikkan bagi para penggemar luar angkasa!