Pernahkah Anda membayangkan bagaimana rasanya menjalani petualangan luar angkasa selama hampir satu tahun, lalu kembali dengan perubahan yang sangat mencolok pada tubuh Anda? Itulah yang dialami oleh astronot NASA, Suni Williams, setelah menghabiskan 288 hari di luar angkasa.


Begitu kembali ke Bumi, ia tampak sangat berbeda. Rambut yang dulunya coklat kini berubah menjadi putih, sementara wajahnya menunjukkan tanda-tanda kelelahan yang luar biasa. Lantas, apa yang sebenarnya menyebabkan perubahan drastis ini? Mari kita selami lebih dalam!


Stres, Penyebab Utama Perubahan Fisik


Saat Suni Williams berangkat menuju luar angkasa pada bulan Juni tahun lalu, rambutnya masih tampak coklat dan sehat. Bahkan, Presiden AS, Donald Trump, sempat menyebutnya "wanita dengan rambut liar" karena gaya rambutnya yang khas. Namun, setelah hampir setahun di luar angkasa, rambutnya berubah sepenuhnya menjadi putih. Apa yang menyebabkan perubahan ini?


Penelitian menunjukkan bahwa stres berperan besar dalam membuat rambut berubah warna. Ketika tubuh berada dalam kondisi stres yang berat, seperti yang dialami di luar angkasa, tubuh melepaskan adrenalin dan kortisol. Kedua hormon ini dapat mengurangi jumlah sel punca yang menghasilkan melanin, pigmen yang memberi warna pada rambut. Dan tahukah Anda? Luar angkasa adalah salah satu tempat dengan tingkat stres tertinggi bagi tubuh manusia.


Dampak Mikrogravitasi pada Tubuh


Meski terlihat mengasyikkan, mengambang di luar angkasa ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Selama berada di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), Suni sering terlihat dengan rambut yang terurai atau diikat longgar. Ini disebabkan oleh mikrogravitasi, di mana cairan tubuh bergerak ke bagian atas tubuh, menambah tekanan pada kulit kepala. Stres yang terus-menerus dan adaptasi tubuh terhadap lingkungan yang tak biasa ini memberi dampak pada rambut dan kulitnya.


Otot dan Tulang yang Menjadi Lemah


Tak hanya rambut yang mengalami perubahan, tetapi juga kekuatan fisik Suni. Meskipun ia pernah membuat sejarah pada tahun 2007 dengan berlari dalam Maraton Boston di treadmill ISS, kali ini, setelah hampir sepuluh bulan berada di luar angkasa, kondisinya menunjukkan penurunan yang signifikan.


Di luar angkasa, tanpa gravitasi, astronot kehilangan sekitar 1% massa tulang setiap bulannya. Itu berarti, setiap bulan yang mereka habiskan di luar angkasa, mereka seakan mengalami proses penuaan setahun lebih cepat. Meskipun NASA mewajibkan para astronot untuk berolahraga selama 2,5 jam setiap hari untuk mengurangi penurunan massa tulang, hasil penelitian menunjukkan bahwa astronot berusia 30 hingga 50 tahun yang tinggal lebih dari enam bulan di luar angkasa bisa kehilangan hingga 50% kekuatan otot mereka.


Gangguan Jantung dan Aliran Darah


Selain masalah otot dan tulang, masalah serius lainnya adalah bagaimana luar angkasa mempengaruhi aliran darah dan kesehatan jantung. Tanpa adanya gravitasi, darah akan terakumulasi di bagian atas tubuh, menyebabkan wajah menjadi bengkak, sementara kaki kehilangan volume dan terlihat lebih ramping. Fenomena ini sering disebut "kaki ayam." Efek samping ini, jika berlangsung lama, bisa menyebabkan gangguan irama jantung atau pembekuan darah, yang meningkatkan risiko terjadinya masalah kesehatan serius seperti trombosis vena.


Radiasi yang Mempercepat Proses Penuaan


Inilah bagian yang paling menakutkan dari perjalanan luar angkasa—paparan radiasi. Di luar angkasa, astronot terpapar radiasi lebih dari sepuluh kali lipat dibandingkan dengan yang kita alami di Bumi. Tanpa perlindungan dari atmosfer Bumi dan medan magnet, tubuh mereka terus-menerus terpapar radiasi yang tinggi. Penelitian mengungkapkan bahwa paparan ini menyebabkan sistem perbaikan DNA para astronot bekerja lebih keras, bahkan sebanding dengan kerusakan yang terjadi akibat kebiasaan merokok.


Kelelahan, Penurunan Nafsu Makan, dan Masalah Kulit


Selain masalah fisik lainnya, para astronot juga harus menghadapi kelelahan, hilangnya nafsu makan, dan kulit yang semakin sensitif. Di luar angkasa, mereka menyaksikan 16 kali matahari terbit dan terbenam setiap hari, yang mengganggu ritme alami tubuh mereka. Kondisi ini memberi dampak negatif terhadap kesehatan secara keseluruhan. Meski menghadapi semua tantangan ini, Suni Williams dan rekannya, Butch Wilmore, berhasil bertahan dengan penuh dedikasi hampir sepuluh bulan di luar angkasa.


Kompensasi yang Mengejutkan


Yang cukup mengejutkan banyak orang adalah jumlah kompensasi yang diberikan oleh NASA setelah para astronot menjalani misi yang penuh risiko dan tantangan ini. Meskipun menghadapi berbagai bahaya dan tekanan fisik yang luar biasa, kompensasi tambahan yang dilaporkan hanya sebesar $1.148 (sekitar 8.954 HKD) untuk enam bulan ekstra kerja. Banyak yang merasa jumlah ini tidak sebanding dengan pengorbanan besar yang harus mereka lakukan.


Kenapa Perjalanan Luar Angkasa Begitu Berat?


Perjalanan luar angkasa mungkin terdengar menarik dan penuh petualangan, tetapi kenyataannya, tantangan fisik dan mental yang dihadapi oleh para astronot sangatlah besar. Dari penuaan yang dipercepat, otot yang melemah, hingga masalah jantung dan radiasi, berlama-lama di luar angkasa dapat memberikan dampak yang sangat besar pada tubuh. Kisah para astronot ini menjadi pengingat tentang betapa besar pengorbanan yang mereka lakukan demi kemajuan ilmu pengetahuan dan eksplorasi luar angkasa.


Meski menghadapi berbagai tantangan fisik dan mental, Suni Williams tetap menjadi simbol kekuatan dan ketabahan. Dedikasinya dalam menjelajahi luar angkasa telah membuka jalan bagi generasi astronot masa depan. Namun, kisahnya juga mengingatkan kita tentang pengorbanan besar yang harus dilakukan oleh para astronot demi pencapaian luar biasa dalam eksplorasi ruang angkasa.