Bubur Sumsum, mungkin hanya dengan menyebut namanya, sudah bisa membuat Lykkers segera ingin menyantapnya.
Tidak hanya lezat, tapi bubur yang lembut ini juga terdapat fakta menarik dan filosofi yang mendalam.
Terutama bagi masyarakat Jawa. Mari kita telusuri sejarah, makna, dan filosofi di balik bubur sumsum yang kaya rasa ini.
Fakta Menarik tentang Bubur Sumsum
1.Kaya Nutrisi: Meskipun sederhana, Bubur Sumsum merupakan sumber nutrisi yang baik. Terbuat dari beras dan santan, bubur ini mengandung karbohidrat, protein, serta lemak sehat dari santan.
2.Bervariasi: Meskipun namanya mengacu pada "sumsum" (sumsum tulang), Bubur Sumsum tidak mengandung sumsum tulang sama sekali. Sebaliknya, teksturnya yang lembut dan putih seperti sumsum adalah hasil dari pengolahan beras yang halus dan santan.
3.Khas Aroma Pandan: Salah satu ciri khas Bubur Sumsum adalah aroma harum dari daun pandan yang digunakan dalam proses memasaknya. Aroma ini memberikan sentuhan segar dan alami pada bubur.
4.Camilan Tradisional: Bubur Sumsum adalah camilan atau makanan ringan yang sering disajikan di berbagai kesempatan, mulai dari sarapan pagi, hidangan penutup, hingga makanan penghangat di malam hari.
Sejarah Bubur Sumsum
Sejarah nama "Bubur Sumsum" sendiri tidak selalu berkaitan langsung dengan sumsum tulang. Konon, nama "sumsum" dalam konteks ini berasal dari kata "sam" yang berarti padat atau kental, dan "sum-sum" yang merupakan istilah Jawa kuno yang merujuk pada makanan yang padat dan berkalori tinggi. Sedangkan kata "Bubur" mengacu pada tekstur lembut dan kental yang mirip dengan bubur.
Makna Filosofi Bubur Sumsum bagi Masyarakat Jawa
Selain dari aspek linguistik, Bubur Sumsum juga memiliki makna filosofis yang dalam bagi masyarakat Jawa. Dalam budaya Jawa, makanan sering kali tidak hanya dipandang sebagai sumber energi fisik, tetapi juga memiliki makna simbolis dan spiritual. Bubur Sumsum, dengan tekstur yang lembut dan kental, melambangkan kelembutan, kesederhanaan, dan kedamaian. Selain itu, santan yang digunakan dalam pembuatan bubur ini melambangkan kemurnian dan keluhuran budi, sedangkan daun pandan melambangkan keharuman jiwa dan ketulusan.
Dalam konteks tradisi Jawa, Bubur Sumsum seringkali disajikan dalam acara-acara sakral seperti selamatan atau upacara adat sebagai simbol keberlimpahan, kesuburan, dan keberkahan. Dalam hal ini, makanan tidak hanya memenuhi kebutuhan fisik, tetapi juga menjadi sarana untuk mengungkapkan rasa syukur dan penghormatan kepada para leluhur serta alam semesta.
Kelembutan yang Memikat!
Bubur Sumsum tidak hanya sekadar makanan lezat dan menyehatkan, tetapi juga memiliki makna filosofis dan simbolis yang dalam bagi masyarakat Jawa. Dengan kelembutannya yang memikat dan kandungan nutrisinya yang bergizi, bubur ini tidak hanya menyenangkan lidah, tetapi juga menyentuh hati dan jiwa.
Simak Video “BUBUR SUMSUM ENAK DAN SUPER LEMBUT”
Youtube Video by Atha Naufal