Macan adalah salah satu karnivora paling tersebar luas di dunia saat ini.


Mereka dapat ditemukan di berbagai habitat yang beragam.


Selama abad terakhir, mereka telah mengalami kehilangan habitat yang ekstrem akibat aktivitas manusia. Kehilangan mereka disebabkan baik secara langsung oleh perburuan maupun secara tidak langsung oleh pengurangan habitat dan persaingan untuk mangsa. Hal ini telah mengakibatkan penurunan lebih dari 50% habitat mereka di Afrika dan lebih dari 80% di Asia, dengan beberapa populasi bahkan menjadi punah.


Analisis genetik pada macan penting untuk memahami sejarah, struktur, dan dinamika populasi mereka. Yang penting adalah analisis genom inti yang lengkap, yang berarti bahwa inti sel mengandung sekitar 2,5 miliar basa DNA untuk semua DNA.


Dalam sebuah studi baru, ilmuwan menguji genom berbagai macan modern dan historis, menggunakan sampel yang dikumpulkan dari Museum Sejarah Alam. Mereka menemukan tingkat segregasi genetik yang mencolok antara macan dari berbagai bagian dunia.


Biasanya, analisis genetik melibatkan pengumpulan sampel jaringan segar. Namun, hal ini sangat sulit untuk hewan seperti macan. Hewan-hewan ini sulit dilacak, terutama di daerah di mana mereka langka, dan pengambilan sampel invasif kurang baik terhadap hewan-hewan ini.


Dan macan yang dipelihara di kebun binatang mungkin bukan pilihan yang baik juga. Ini karena mereka mungkin sudah merupakan keturunan hibrida dari beberapa spesies macan. Oleh karena itu, para peneliti beralih ke upaya pengambilan sampel di museum.


Salah satu penemuan paling mencolok yang dilakukan oleh para peneliti adalah perbedaan yang jelas antara macan Afrika dan Asia. Macan Afrika dan Asia berbeda sekitar 500.000 hingga 600.000 tahun yang lalu. Ini sebanding dengan perbedaan manusia modern dan Neanderthal.


Sebagai perbandingan, beruang cokelat dan beruang kutub berbeda sekitar satu juta tahun yang lalu. Namun, yang membingungkan adalah bahwa dalam sebagian besar 2,5 miliar basa DNA genom macan, ada pemisahan genetik yang lebih besar antara macan Asia dan Afrika daripada antara beruang cokelat dan beruang kutub.


Divergensi genetik macan Asia ini dijelaskan oleh penyebarannya di luar Afrika. Meskipun ada bukti bahwa macan di Asia Barat dan Selatan membawa DNA yang relatif mirip dengan macan Afrika. Ini mungkin karena hibridisasi sesekali, tetapi variabilitas keseluruhan macan di dua benua ini tetap terjaga. Luasnya segregasi ini tidak dapat diprediksi pada spesies individu. Perbedaan genetik seperti itu antara spesies yang berbeda bahkan tidak selalu tampak.


Para peneliti menyimpulkan bahwa penyebaran sejumlah individu macan yang relatif sedikit di luar Afrika telah memiliki dampak besar dalam membentuk pola genetik hewan-hewan ini di seluruh dunia.


Kesimpulan kedua dari studi ini adalah bahwa macan Afrika dan Asia memiliki sejarah populasi yang sangat berbeda sejak perpisahan mereka. Macan Afrika menunjukkan variasi genetik yang lebih tinggi dan ada lebih sedikit variasi genetik antara populasi mereka.


Di Asia, pengaruh geografi jauh lebih besar, yang berarti bahwa korelasi antara jarak genetik dan geografis lebih kuat. Secara umum, macan lebih mirip secara genetik dengan macan lain yang bertahan di dekatnya. Ini menunjukkan bahwa ada lebih sedikit aliran gen dan dispersi antara bagian yang berbeda dari benua Asia daripada di Afrika.


Sampel macan di museum telah memberikan wawasan baru yang berharga tentang sejarah evolusi macan. Ini juga memberi kita wawasan tentang populasi macan saat ini di dunia, bahkan yang sudah punah.


Macan terdaftar dalam Daftar Merah dari Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam sebagai Spesies Terancam Kritis karena jangkauannya. Studi-studi baru ini akan membantu untuk lebih baik dalam menyasar konservasi mereka.