Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa orang India dikenal sangat terampil dalam matematika? Dalam wawancara spontan di jalanan Mumbai, banyak responden yang dapat menjawab pertanyaan matematika seperti "Berapa 12 dikali 14?" atau "Berapa kubus dari 9?" dengan benar hanya dalam waktu kurang dari tiga detik!


Kemampuan matematika luar biasa ini bahkan dipuji oleh fisikawan Stephen Hawking, yang memuji kepiawaian matematika India. Tapi, apa yang membuat orang India begitu mahir dalam matematika? Ternyata, faktor budaya dan sejarah memainkan peran penting dalam mengembangkan keterampilan ini.


Kaitan Matematika dengan Budaya dan Sejarah India


Salah satu faktor utama adalah hubungan mendalam antara matematika dan budaya di India. Matematika memiliki peran penting dalam arsitektur dan astronomi yang berakar dari ritual Brahmanisme. Bukti tertulis pertama tentang matematika India sudah ada sejak abad ke-10 SM, seiring dengan berjalannya Dinasti Zhou di Tiongkok. Dalam teks-teks Veda, yang dianggap suci oleh umat Brahmanisme, terdapat berbagai masalah yang melibatkan geometri dan aljabar. Teks-teks ini sudah membahas konsep-konsep seperti teorema Pythagoras, sifat-sifat segi empat, serta prinsip segitiga yang serupa dan kongruen, bahkan sebelum teorema-teorema ini dibuktikan di Yunani kuno.



Salah satu kontribusi terbesar India dalam dunia matematika adalah penemuan dan penggunaan angka nol. Meskipun angka nol mungkin terlihat sepele, penemuannya telah merevolusi perhitungan dengan menjadi tempat penampung angka sekaligus sebuah angka itu sendiri. Penemuan ini dipengaruhi oleh filosofi Buddha yang mengenal konsep "kekosongan mutlak." Selain itu, banyak yang tidak tahu bahwa apa yang sekarang dikenal sebagai angka Arab sebenarnya pertama kali ditemukan di India. Angka-angka ini kemudian diadopsi dan disebarluaskan oleh bangsa Arab ke seluruh dunia.


Ramanujan dan Warisan Matematika India


Tradisi matematika India terus berkembang sepanjang sejarah dan melahirkan tokoh-tokoh besar seperti Srinivasa Ramanujan, seorang jenius matematika modern. Ramanujan mengembangkan lebih dari 3.900 teorema dan persamaan matematika secara mandiri, sering kali tanpa memberikan pembuktian, hanya mengandalkan apa yang dia sebut sebagai intuisi ilahi. Salah satu rumus yang ditemukan Ramanujan secara dramatis meningkatkan presisi nilai pi dalam bentuk desimal, yang mengukuhkan statusnya sebagai seorang prodigy matematika. Ketika Ramanujan meninggal pada usia 33 tahun, matematikawan Inggris G.H. Hardy terkenal berkata, "Kehilangan Ramanujan adalah rasa sakit yang tak tertahankan dalam hidup."


Warisan Ramanujan telah menginspirasi banyak orang, termasuk para pemimpin Silicon Valley, yang setelah menonton film The Man Who Knew Infinity, mendirikan sebuah dana untuk mengenangnya.


Antusiasme India terhadap Matematika


Antusiasme India terhadap matematika tetap tinggi. Misalnya, saat Parade Hari Republik pada bulan Januari, sebuah arak-arakan yang didedikasikan untuk memecahkan soal-soal matematika menjadi bukti komitmen bangsa ini terhadap matematika. Semangat ini juga terlihat di sekolah-sekolah India di luar negeri, seperti di Global Indian International School di Tokyo, tempat siswa-siswa mengikuti kurikulum yang intensif. Pada usia 7 tahun, anak-anak India sudah diajarkan perkalian, dan pada usia 8 tahun, mereka sudah bisa mengerjakan soal penjumlahan dengan tiga digit.



Tidak seperti negara-negara lain yang umumnya hanya menghafal tabel perkalian hingga 9x9, siswa India menghafal tabel perkalian hingga 19x19. Selain itu, siswa India juga lebih cepat diperkenalkan pada geometri dibandingkan teman-teman mereka di seluruh dunia. Di kelas rendah, mereka sudah mulai belajar tentang sifat-sifat bentuk dan sudut. Para guru di India juga menekankan aplikasi praktis dalam pembelajaran untuk menjaga agar belajar tetap menarik. Misalnya, siswa kelas satu mungkin diminta untuk mengukur keliling kepala mereka menggunakan selembar kertas, kemudian mengumpulkan dan menganalisis data. Pada kelas empat, mereka sudah mempelajari cara membuat grafik garis, diagram lingkaran, dan diagram batang, yang mengembangkan kemampuan berpikir kritis melalui pengalaman langsung.


Matematika sebagai Jalan Menuju Mobilitas Sosial


Pendidikan matematika yang ketat ini memiliki kaitan erat dengan cita-cita sosial di India. Dalam sistem kasta yang masih ada di India, pendidikan terutama dalam bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM)—menjadi jalan untuk keluar dari kemiskinan. Keberhasilan dalam matematika dapat membuka peluang karier yang menguntungkan di bidang TI dan teknik, yang memungkinkan individu untuk mengatasi ketidaksetaraan sistemik. Di Amerika Serikat, misalnya, satu dari empat insinyur di Silicon Valley adalah orang India, sebagian besar di antaranya adalah imigran pertama yang memiliki dasar matematika yang kuat.


Indian Institutes of Technology (IIT) dan Karier Gemilang


Di puncak pendidikan tinggi India berdiri Indian Institutes of Technology (IIT), yang terkenal melahirkan para pemimpin teknologi global seperti CEO Google Sundar Pichai dan CTO Cisco Padmasree Warrior. Masuk ke IIT sangatlah sulit, dengan kurang dari 1% pelamar yang berhasil diterima. Setiap tahun, lebih dari satu juta siswa mengikuti ujian masuk yang sangat ketat, yang menguji pengetahuan mereka dalam matematika, fisika, dan kimia. Hasil ujian ini menentukan tidak hanya penerimaan, tetapi juga pilihan jurusan yang dapat diambil, seperti program ilmu komputer yang prestisius. Lulusan IIT menikmati prospek pekerjaan yang sangat baik, dengan gaji awal yang bisa mencapai 20 kali lipat lebih tinggi daripada lulusan universitas biasa.


Bagi banyak keluarga, berhasil diterima di IIT adalah sebuah pencapaian yang mengubah hidup. Perayaan besar-besaran sering diadakan sebagai pengakuan bahwa keberhasilan anak mereka adalah titik balik untuk seluruh keluarga. Di desa-desa, pencapaian ini mendapatkan penghargaan luas, karena pendidikan di IIT dianggap sebagai tiket untuk masa depan yang lebih baik.


Meskipun matematika memberikan peluang besar bagi individu untuk mengubah hidup mereka, kenyataannya tetap ada tantangan sosial yang lebih luas di India. Bagi banyak anak, menguasai perhitungan kompleks bukan hanya jalan menuju kesuksesan pribadi, tetapi juga perjuangan melawan ketidaksetaraan yang mengakar dalam masyarakat.