Mengikuti berita seharusnya tidak menjadi beban yang menghancurkan ketenangan pikiran. Arus informasi yang terus mengalir tanpa henti dapat mengikis fokus, memicu kecemasan, dan membuat emosi cepat lelah.


Namun, jika sepenuhnya mengabaikan berita, ada rasa takut tertinggal atau tidak peduli. Lalu, bagaimana caranya tetap mengetahui hal-hal penting tanpa kewalahan?


Panduan ini hadir untuk membantu Anda membangun kebiasaan konsumsi berita yang sehat, sadar, dan tidak membuat stres. Tanpa doomscrolling otomatis, tanpa tenggelam dalam kekhawatiran yang tak berujung, hanya langkah nyata untuk tetap update dengan cara yang seimbang dan penuh kendali.


1. Tanyakan Dulu: Mengapa Anda Ingin Tahu?


Banyak dari kita mengakses berita bukan karena ingin tahu informasi terbaru, melainkan untuk mengisi kekosongan emosi. Menurut para praktisi somatik seperti Alexis Artin dan Janelle Marra, seringkali kita tertarik pada berita sensasional karena mencari rasa kendali, validasi, atau hanya sekadar pengalihan dari rasa sepi dan bosan.


Sebelum Anda membuka portal berita atau aplikasi media sosial, berhentilah sejenak. Apa sebenarnya yang sedang Anda cari? Bila tujuannya untuk mendapatkan informasi, lanjutkan dengan niat yang jelas. Tapi jika hanya untuk menghindari rasa tidak nyaman, sadari hal itu tanpa menyalahkan diri, lalu coba ubah kebiasaan secara perlahan. Kesadaran ini akan menjaga agar emosi dan identitas Anda tidak ditentukan oleh berita.


2. Batasi Waktu: Cukup 20-30 Menit Sehari


Menurut Dr. Nicole Cain, seorang psikolog klinis, dan Janet Bayramyan, terapis spesialis trauma, terlalu sering terpapar berita, terutama yang bersifat dramatis, dapat melelahkan sistem saraf. Solusinya? Buat jadwal khusus untuk membaca berita. Cukup 20–30 menit per hari di waktu yang konsisten, misalnya pagi atau siang hari.


Hindari membaca berita menjelang tidur, karena informasi yang memicu emosi akan mengganggu kualitas istirahat. Dengan batasan yang jelas, Anda bisa tetap sadar terhadap peristiwa dunia tanpa merasa dikejar-kejar oleh kecemasan.


3. Pilih Sumber Terpercaya, Bukan yang Menjual Ketakutan


Tak semua media layak dipercaya. Emily Pogany dan Kira Jones mengingatkan pentingnya memeriksa kredibilitas sumber. Hindari situs atau akun yang berjudul bombastis, penuh klikbait, dan memancing ketakutan.


Lebih baik, cari media yang menyajikan berbagai sudut pandang, menyertakan konteks, atau bahkan mengacu langsung pada data dan pernyataan resmi. Membaca satu berita dari beberapa sumber yang kredibel juga membantu mendapatkan gambaran yang lebih lengkap dan objektif.


4. Seimbangkan dengan Konten Positif


Otak manusia punya kecenderungan alami untuk lebih fokus pada hal negatif. Karena itu, penting untuk sengaja memasukkan konten yang membangun ke dalam keseharian Anda. Baca kisah inspiratif, tonton video kreatif, atau dengarkan podcast penuh semangat.


Keseimbangan ini penting untuk menjaga sistem saraf tidak terus-menerus berada dalam mode siaga. Menyisipkan momen positif bukan berarti menutup mata terhadap realita, tapi justru memperkuat ketahanan mental agar lebih mampu menghadapi tantangan.


5. Ubah Kekhawatiran Jadi Tindakan


Mengetahui suatu kabar tanpa bisa berbuat apa-apa sering kali menimbulkan rasa lumpuh. Daripada terjebak dalam kepanikan pasif, ubahlah informasi menjadi aksi. Misalnya, jika Anda membaca tentang isu lingkungan di kota Anda, cari tahu langkah nyata yang bisa dilakukan, entah itu mendukung gerakan lokal, menyebarkan informasi, atau berdiskusi dengan komunitas.


Menurut Dr. Cain, tindakan sekecil apa pun bisa mengubah rasa cemas menjadi rasa memiliki. Dengan begitu, Anda tidak sekadar menjadi penonton, tetapi juga bagian dari solusi.


6. Jaga Diri dengan Teknik Grounding


Bagaimana respons Anda terhadap berita sangat tergantung pada kondisi dalam diri. Praktisi seperti Marra menyarankan agar kita rutin melakukan "check-in" dengan tubuh. Rasakan napas, postur, dan ketegangan sebelum, selama, dan setelah membaca berita.


Teknik grounding sederhana seperti napas dalam, peregangan ringan, atau berjalan kaki di luar rumah bisa menenangkan pikiran yang terlalu aktif. Kebiasaan ini akan membentuk "zona aman" dalam diri, sehingga Anda bisa menyerap informasi tanpa larut dalam kekhawatiran berlebihan.


7. Ambil Jeda, Bukan Menyerah


Kadang yang kita butuhkan bukan lebih banyak informasi, tapi sedikit jarak. Bila Anda merasa mulai gelisah, mudah tersinggung, atau tidak bisa berhenti memikirkan berita tertentu, itu pertanda untuk istirahat.


Mengambil jeda dari berita bukan berarti cuek atau apatis. Justru ini langkah cerdas untuk menjaga kejernihan pikiran. Dunia tetap berputar saat Anda beristirahat dan Anda akan kembali dengan sudut pandang yang lebih jernih dan tenang.


Penutup: Pilih Satu Perubahan Hari Ini


Menjadi warga yang sadar dan tetap tenang secara emosional adalah mungkin. Caranya bukan dengan tahu semuanya, tapi dengan tahu yang penting secara sadar. Mulailah dengan satu langkah hari ini: tetapkan batas waktu membaca berita, ganti satu sesi doomscrolling dengan konten yang membuat senyum, atau ubah satu kekhawatiran menjadi aksi nyata.