Latihan di ketinggian tinggi, yakni di atas 2.000 meter (6.500 kaki) dari permukaan laut, merupakan metode pelatihan yang sudah lama diterapkan oleh banyak atlet profesional.
Di ketinggian ini, kadar oksigen di udara jauh lebih rendah dibandingkan di permukaan laut, sehingga tubuh kita harus bekerja lebih keras untuk menyediakan oksigen ke otot.
Tantangan ini memicu berbagai perubahan fisiologis yang membantu meningkatkan performa saat kembali ke ketinggian normal.
Pada ketinggian tinggi, kandungan oksigen dalam setiap tarikan napas jauh lebih sedikit. Akibatnya, sel darah merah yang bertugas mengangkut oksigen ke seluruh tubuh harus bekerja lebih keras. Ketika kita berlatih di lingkungan yang kekurangan oksigen, ginjal akan melepaskan hormon yang disebut eritropoietin (EPO), yang merangsang produksi sel darah merah. Dengan jumlah sel darah merah yang lebih banyak, tubuh bisa mengangkut lebih banyak oksigen ke otot, terutama saat kita kembali ke permukaan laut.
Walaupun perubahan ini tidak terasa secara instan, setelah sekitar dua hingga empat minggu berlatih di ketinggian, tubuh kita mulai beradaptasi. Beberapa perubahan signifikan yang membantu meningkatkan daya tahan tubuh antara lain:
- Peningkatan jumlah sel darah merah
- Peningkatan kapasitas paru-paru dan efisiensinya
- Transportasi dan pemanfaatan oksigen yang lebih baik
- Fungsi mitokondria yang lebih optimal (tempat energi diproduksi di dalam sel)
Adaptasi-adaptasi ini meningkatkan efisiensi tubuh dalam memanfaatkan oksigen, yang sangat penting untuk olahraga ketahanan seperti lari, bersepeda, renang, hingga olahraga tim.
Menariknya, metode latihan di ketinggian yang paling efektif bukan selalu tentang berlatih di ketinggian tinggi. Banyak atlet profesional yang mengikuti model "live high, train low", yaitu tinggal atau tidur di ketinggian tinggi untuk mendapatkan manfaat peningkatan sel darah merah, namun tetap melaksanakan latihan intensif di ketinggian rendah di mana kinerja tidak terhambat oleh kekurangan oksigen.
Penelitian dari US Olympic Training Center dan Australian Institute of Sport mendukung pendekatan ini. Pendekatan ini memberikan yang terbaik dari kedua dunia: perubahan darah akibat ketinggian serta sesi latihan berkualitas di tempat yang lebih rendah.
Sebuah studi yang diterbitkan di Journal of Applied Physiology menunjukkan bahwa atlet yang menghabiskan setidaknya 3 minggu di ketinggian (sekitar 2.500 meter) mengalami peningkatan VO₂ max sekitar 6-9%. VO₂ max adalah ukuran seberapa efisien tubuh kita memanfaatkan oksigen. Selain itu, sebuah studi dari University of Colorado menemukan bahwa pelari yang menjalani pelatihan di ketinggian menunjukkan waktu lari 5K yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang berlatih hanya di permukaan laut.
Meskipun atlet ketahanan elite sering kali mendapat manfaat terbesar dari latihan di ketinggian, metode ini juga bisa bermanfaat bagi:
- Atlet amatir kompetitif yang ingin meningkatkan performa
- Pemain olahraga tim yang menginginkan kapasitas aerobik yang lebih baik
- Pelari trail dan pendaki yang sedang mempersiapkan diri untuk lomba atau perjalanan di ketinggian tinggi
Namun, bagi pemula atau mereka yang memiliki kondisi kesehatan tertentu, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter olahraga sebelum memulai pelatihan di ketinggian.
Walaupun memiliki banyak manfaat, latihan di ketinggian tidak selalu mudah. Beberapa orang mungkin mengalami beberapa efek samping, seperti:
- Gangguan tidur
- Dehidrasi
- Kelelahan
- Sakit kepala
Untuk mengurangi efek-efek tersebut, penting untuk tetap terhidrasi dengan baik, secara bertahap menyesuaikan tubuh dengan ketinggian, dan menghindari latihan berlebihan pada awalnya. Kami juga harus memberi waktu tubuh untuk beradaptasi, dengan durasi ideal sekitar 2 hingga 3 minggu untuk merasakan manfaat yang signifikan.
Jika Anda tidak dapat pergi ke daerah pegunungan, tidak perlu khawatir. Teknologi sekarang memungkinkan kita untuk mensimulasikan latihan di ketinggian melalui berbagai alat, seperti:
- Tenda atau ruang tidur yang meniru lingkungan dengan kadar oksigen rendah
- Masker hipoksia yang digunakan saat berlatih
- Ruang simulasi ketinggian yang tersedia di beberapa fasilitas olahraga
Meskipun alat-alat ini efektif, sangat penting untuk menggunakannya dengan benar dan dengan bimbingan yang tepat, terutama jika tujuan Anda adalah untuk meningkatkan daya tahan dalam jangka panjang.
Dr. Robert Chapman, seorang ahli pelatihan di ketinggian dari Indiana University, menyarankan agar atlet tinggal di ketinggian setidaknya 14 jam per hari selama 2 hingga 4 minggu untuk memaksimalkan manfaatnya. Ia juga menekankan pentingnya nutrisi yang seimbang dan progresi latihan yang bertahap untuk membantu tubuh beradaptasi dengan baik.
Berikut beberapa tips untuk memaksimalkan hasil dari latihan di ketinggian:
- Hidrasi lebih banyak dari biasanya: Udara di ketinggian lebih kering, sehingga tubuh kehilangan cairan lebih cepat.
- Konsumsi makanan kaya zat besi: Zat besi membantu produksi sel darah merah.
- Istirahat yang cukup: Pemulihan sangat penting saat berlatih di ketinggian.
- Pantau detak jantung Anda: Ini membantu Anda menghindari overtraining saat tubuh sedang beradaptasi.
Jika Anda mencari cara alami untuk meningkatkan daya tahan dan kapasitas aerobik, latihan di ketinggian adalah pilihan yang solid dan didukung oleh sains. Latihan ini memerlukan perencanaan, kesabaran, dan penyesuaian, tetapi hasilnya bisa sangat menguntungkan, terutama jika dilakukan dengan tepat sebelum kompetisi besar. Jadi, siapkah Anda mencoba dan merasakan perbedaannya?