Bayangkan Anda sedang berada di sebuah ruangan yang tiba-tiba mulai "bernafas."
Dindingnya bergetar dengan warna yang berubah-ubah, lampu di lantai merespons setiap langkah Anda, dan musik yang lembut mengalun di latar belakang.
Bukan mimpi, Anda seolah-olah berada di dalam sebuah lukisan. Inilah yang terjadi saat Anda masuk ke dalam dunia seni imersif, seperti yang bisa Anda temui dalam pameran Van Gogh Alive atau teamLab Borderless. Dari sebuah eksperimen kecil, seni imersif kini berkembang menjadi fenomena global yang menggugah indera dan perasaan.
Berbeda dengan museum tradisional yang biasanya melarang pengunjung untuk menyentuh karya seni, pameran imersif mengundang Anda untuk berinteraksi. Pameran ini akan membanjiri semua indera Anda dengan berbagai elemen pengalaman yang luar biasa, seperti:
- Suara: Musik ambient, suara alam, atau bahkan percakapan yang tumpang tindih.
- Proyeksi: Gambar-gambar yang bergerak dan bereaksi terhadap gerakan Anda.
- Tekstur: Lingkungan berbasis cahaya atau patung fisik yang dapat Anda jelajahi.
- Narasi: Beberapa pameran bahkan membimbing Anda dalam sebuah cerita atau perubahan suasana hati.
Sebagai contoh, dalam Van Gogh Alive, pengunjung tidak hanya berdiri di depan lukisan, mereka dikelilingi oleh karya-karya Van Gogh. Sapuan kuasnya menari di dinding 360 derajat, disertai dengan musik orkestra dan kutipan dari surat-suratnya. Anda benar-benar merasakan dunia sang seniman, bukan hanya mengamatinya.
Di sisi lain, teamLab sebuah kolektif seni digital menggabungkan seni dengan fisika, pemrograman, dan arsitektur. Dalam salah satu instalasinya, pengunjung bisa berjalan telanjang kaki di air setinggi mata kaki, sementara ikan koi yang diproyeksikan bergerak di atas permukaan air, berinteraksi dengan gerakan Anda. Seni ini tidak hanya bergerak; ia merespons Anda.
Itulah yang membuat pengalaman ini begitu kuat. Anda tidak lagi sekadar menjadi penonton pasif, tetapi bagian dari karya seni itu sendiri.
Di balik setiap pameran imersif, ada perancang yang berpikir secara mendalam, lebih seperti sutradara atau komposer daripada kurator seni tradisional. Mereka bertanya pada diri mereka sendiri:
- Apa yang ingin kami buat agar pengunjung merasakannya?
- Bagaimana kami bisa memicu emosi melalui cahaya, ruang, dan gerakan?
- Apa perjalanan cerita yang ingin kami bangun, meskipun tanpa kata-kata?
Perubahan ini membawa fokus dari menampilkan karya seni klasik menuju merancang suasana hati dan pengalaman. Kurator seni imersif berpikir dalam lapisan-lapisan visual, suara, dan ruang. Ini lebih tentang bagaimana pengalaman tersebut bisa membuat pengunjung merasa saat mereka melangkah masuk, bukan hanya "apa yang ingin disampaikan oleh sang seniman."
Keahlian emosional dalam merancang pengalaman ini adalah salah satu alasan mengapa pameran seni imersif sering kali membuat pengunjung ingin kembali, mengajak teman-teman mereka, dan berbagi pengalaman di media sosial.
Bagi generasi milenial dan Gen Z, seni tradisional bukanlah hal yang ditinggalkan, mereka hanya ingin sesuatu yang lebih hidup. Pameran seni imersif memberikan pengalaman yang tidak bisa diberikan oleh lukisan statis di galeri. Inilah beberapa alasan mengapa pameran seni imersif begitu menarik:
- Menyenangkan untuk Bersama
Pameran seni imersif adalah kegiatan sosial. Anda datang dengan teman-teman, berfoto, dan berbagi pengalaman yang unik. Ini bukan hanya tentang mengagumi karya seni, tetapi juga menciptakan kenangan bersama.
- Terasa Personal
Seni imersif sering kali merespons tubuh atau suasana hati Anda. Anda mengontrol bagaimana Anda bergerak, ke mana Anda melihat, atau apa yang ingin Anda fokuskan. Setiap kunjungan memberikan pengalaman yang sedikit berbeda, menambah elemen kejutan.
- Aksesibel untuk Semua Orang
Anda tidak memerlukan gelar seni untuk dapat menikmatinya. Pengalaman ini fisik, emosional, dan sering kali penuh kebahagiaan. Pameran seni imersif ini lebih mudah dicerna dan bisa dinikmati oleh siapa saja, dari semua kalangan.
- Pelarian yang Bermakna
Di dunia yang dipenuhi dengan stres, pemberitahuan, dan kebisingan, seni imersif memberikan kesempatan untuk merasakan kedamaian atau kekaguman. Rasanya seperti memasuki dimensi lain, meski hanya selama 30 menit.
Tak kalah penting, pameran seni imersif sering kali sangat fotogenik. Banyak orang muda merasa ini adalah pertama kalinya mereka benar-benar terhubung dengan seni. Itu tentu sangat berarti.
Namun, dengan kepopuleran yang terus meningkat, ada pula kritikan. Beberapa orang berpendapat bahwa pameran seni imersif terlalu komersial, kurang substansi, atau terlalu bergantung pada teknologi dan pertunjukan. Kritik ini sah adanya. Sebagai contoh, dalam pameran Van Gogh Alive, pengunjung tidak melihat lukisan asli Van Gogh, hanya proyeksi resolusi tinggi. Para puris seni berpendapat bahwa menghilangkan tekstur cat fisik mengurangi keaslian karya. Apakah ini masih bisa disebut seni jika terasa seperti taman hiburan?
Di sisi lain, seniman dan produser berpendapat bahwa aksesibilitas adalah tujuan utama. Mereka tidak berusaha menggantikan museum, mereka menciptakan pengalaman yang berbeda. Dan bagi banyak orang, pengalaman ini justru menjadi gerbang untuk lebih tertarik pada seni, bahkan mengunjungi museum tradisional dengan perspektif yang lebih baru.
Keberhasilan komersial bukanlah hal yang buruk. Jika dilakukan dengan bijak, hal itu justru bisa membiayai proyek-proyek baru, memberi penghidupan bagi seniman, dan membawa audiens yang sebelumnya tidak pernah menginjakkan kaki di galeri seni.
Jika Anda tertarik untuk mencoba pengalaman seni imersif secara langsung atau bahkan ingin bereksperimen membuatnya, berikut beberapa cara untuk terjun lebih dalam:
- Temukan Pameran yang Sedang Tur di Kota Anda
Cari pameran seperti Van Gogh: The Immersive Experience, Frida: Immersive Dream, atau teamLab Planets. Pameran-pameran ini sering berkeliling dari satu kota ke kota lain, dengan harga tiket sekitar Rp 350.000–Rp 600.000.
- Jelajahi Nama-Nama Selain yang Terkenal
Kota-kota kecil sering kali mengadakan pameran pop-up dari kolektif seni lokal yang bekerja dengan seni digital, patung cahaya, atau realitas virtual. Pameran-pameran ini bisa jadi sama berdampaknya dan sering kali lebih interaktif.
- Buat Mini Pameran Imersif Anda Sendiri
Jika Anda seorang seniman, pikirkan cara-cara untuk memanfaatkan proyeksi, suara, atau gerakan dalam karya Anda. Bahkan ruang kecil seperti garasi atau ruang tamu bisa diubah menjadi ruang imersif dengan desain yang tepat.
- Jadilah Relawan atau Asisten
Ingin tahu bagaimana pameran imersif dibuat? Banyak penyelenggara mencari relawan untuk membantu persiapan, memberi panduan pada pengunjung, atau mengelola media sosial. Ini adalah kesempatan untuk melihat langsung proses di balik layar.
Aplikasi seperti Artivive atau Onirix Studio memungkinkan Anda membuat overlay AR di atas karya seni cetak atau dinding rumah. Ini adalah cara untuk merasakan cerita imersif tanpa memerlukan anggaran besar.
Siapa tahu, kali berikutnya seseorang mengajak Anda pergi ke museum, Anda akan berpikir dua kali sebelum mengatakan tidak. Karena kini, museum bukan lagi sekadar ruang tenang dengan bingkai tua. Kadang-kadang, ia berkilau. Kadang-kadang, ia bergerak. Kadang-kadang, ia berbicara dengan Anda dan menunggu Anda menjawab.